Menurut Hari dia mendapat jatah tiket penerbangan sebanyak 3000 dollar AS, setara Rp 43,1 juta, karena dia ditempatkan di kelas bisnis.
"Saya beli yang kelas ekonomi, sisanya ditabung," ujar Hari.
Pria berusia 55 tahun ini terinspirasi oleh masa kecilnya. Keluarga Hari dulu hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapak dan ibunya sering bertengkar soal urusan keuangan.
Suatu ketika ayahnya menggunakan uang yang digunakan untuk membeli beras untuk membeli tiket pertandingan uji coba Persema Malang melawan sebuah klub Australia.
"Orangtua kami bertengkar, ibu saya sampai menangis, saya masih ingat itu. Di situlah saya punya nazar kalau nanti saya jadi orang sukses, saya akan bawa semangat sepak bola untuk menjadikan hidup saya dan keluarga saya lebih baik," tutur Hari.
Ingin Beri Inspirasi
Hari Pandiono membawa tiga bendera ke Rusia. Dia membawa bendera Indonesia, bendera bertuliskan One Soul One Nation Indonesia, dan bendera Arema Singo Edan. Semua bendera itu lolos setelah melalui pemeriksaan di stadion.
Hari menuturkan pemeriksaan dilakukan oleh aparat keamanan menggunakan sebuah gawai mirip telepon genggam.
Lewat alat itu petugas keamanan bisa memastikan bendera yang Hari bawa tidak mengandung unsur atau pesan yang dilarang.
"Bendera Arema itu lolos karena Arema FC tercatat sebagai anggota FIFA. Mereka tahu lewat alat tersebut," ujar Hari.
Hari membawa bendera Indonesia dan Arema karena ingin memberikan inspirasi kepada teman-teman di dunia sepak bola soal nilai-nilai di sepak bola. Hari selalu berpesan sepak bola bisa mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Caranya adalah lewat penerapan nilai-nilai di sepak bola seperti sportivitas, cara bertindak, bertutur kata, dan menghormati lawan.
"Kalau ada lawan datang, jangan dilempari, tapi hormati. Itu yang membuat kita jadi lebih baik," kata Hari.
Terkait bendera Indonesia, Hari ingin menginspirasi semua pesepak bola di Indonesia. Menurut Hari setiap pesepak bola punya mimpi bermain di Piala Dunia.