Untungnya, setelah melalui proses perawatan yang intensif, keadaan Mane dinyatakan sehat dan hanya mengalami gagar otak ringan.
Apa yang ditunjukkan Mane di momen tersebut memang luar biasa, dirinya rela menahan rasa sakit selama 15 menit untuk mengantar negaranya melaju ke babak perempat final.
Satu golnya ke gawang Cape Verde adalah bukti perjuangan pemain berusia 29 itu.
Setelah mengalami peristiwa yang mengerikan itu, ia kembali menjadi pahlawan di partai semi final dan mengantar Senegal melaju ke babak final Piala Afrika 2022 sekaligus menjuarainya.
Ya, faktanya, Sadio Mane adalah sosok pekerja keras yang rela banting tulang untuk mengejar mimpi dan memberikan yang terbaik untuk tim yang ia bela.
Perjalanan Mane dalam menitihkan karir untuk pesepakbola hebat seperti sekarang dilaluinya dengan berbagai jalan terjal.
Gapai Cita-cita di Kota Tertinggal Senegal
Sadio Mane lahir di Sedhiou, Senegal tahun 1992. Ia diberarkan di desa kecil bernama Bambali, begitu jauh dari pusat kota di Senegal.
Mane kecil hidup penuh dengan kesusahan, kedua orang tua Mane begitu miskin hingga ia harus dititipkan kepada pamannya.
“Kedua orang tua saya sangat miskin. mereka selalu kesulitan untuk memberi saya makan,” kata Mane dilansir Shereefdeen Sawe.
Tinggal bersama sang paman, membuat Mane berada di lingkungan yang tepat, ia menjadi bocah yang begitu aktif bermain sepak bola bersama teman seusianya.
Namun, ia memainkan si kulit bundar bukan di lapangan, melainkan di jalanan sekitar rumah sang paman.
Mane merupakan seorang bocah yang menggilai sepak bola, tak hanya memainkannya, tapi ia tak pernah absen untuk menonton pertandingan sepak bola di televisi.
Pemain berpostur 175 cm itu merupakan penggemar Liga Inggris, hampir seluruh pertandingan yang disiarkan di televisi selalu ia tonton.