TRIBUNNEWS.COM - Isu miring kembali menerpa Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia 2022 mendatang.
Qatar disebut-sebut melakukan kegiatan spionase atau memata-matai FIFA dan para petingginya terkait Piala Dunia 2022.
Qatar diyakini memiliki beberapa tujuan kala melakukan kegiatan spionase tersebut.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Hanya 6 Pemain J.League Warnai Skuad Timnas Jepang Untuk Piala Dunia 2022
Negara yang berada di Timur Tengah ini menginginkan agar posisi mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 tetap aman.
Selain itu, Qatar ingin memastikan di dalam tubuh FIFA tak ada perpecahan yang dapat mengancam kepentingan ke depan.
Termasuk, negara tersebut ingin mengetahui apakah para petinggi FIFA menjalin kerja sama baru yang bisa merugikan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia.
Kegiatan mata-mata tingkat tinggi tersebut disebut-sebut dilakukan Qatar dengan meminta bantuan dari pihak lain.
Qatar dikabarkan menyewa sebuah firma swasta yang berbasis di Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan tersebut.
Firma yang dimaksud adalah Global Risk Advisors atau GRA sebagaimana dikutip dari laman Swiss Info.
GRA ini banyak diisi oleh mantan anggota Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) sebagai anggota.
Bahkan, pendiri dari GRA ini adalah mantan CIA, Kevin Chalker.
Ia dan kru disebut-sebut sampai meretas data dan kegiatan pribadi para petinggi FIFA untuk mengetahui hal yang terjadi.
Mulai dari surat elektronik (email), komputer hingga hubungan pertemanan antarmereka dipantau ketat oleh GRA.
Meski demikian, GRA membantah tudingan tersebut.
Qatar juga mengeluh lantaran sering dikaitkan dengan isu negatif jelang Piala Dunia 2022 memulai kick-off.
Memang, Qatar sering mendapatkan stigma negatif dalam agenda menjadi tuan rumah Piala Dunia kali ini.
Isu terkait pekerja migran dan hak asasi manusia mencuat sebagai masalah yang disorot barat.
Meski demikian, sang tuan rumah juga selalu membantah tuduhan-tuduhan tersebut.
(Tribunnews.com/Guruh)