Dia pernah menjadi pengantar pizza saat dirinya menghadapi masa-masa dilema.
Dikisahkan Showsport, Fofana memulai sekolah sepak bola di usia 13 hingga 15 tahun di akademi yang berada di Clairefontaine.
Saat itu Fofana memiliki rekan seangkatan Amin Harit (Marseille) dan Moussa Diaby (Bayer Leverkusen).
Saat masih 'menimba' ilmu di akademi tersebut, Fofana mendapatkan julukan Drogbanya Prancis. Karena permainannya yang ngotot dan piawai dalam mencetak gol, sekalipun berposisi sebagai gelandang.
Namun Fofana juga menemui di mana dirinya harus memilih antara memenuhi mimpinya sebagai pesepakbola, atau melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi.
Dan akhirnya, pada tahun 2014 dia sempat berhenti bermain bola dan memilih fokus ke studi.
Untuk menopang kehidupannya, pemain keturunan Mali ini pernah bekerja sebagai pengantar pizza.
"Saya perlu mencari pekerjaan bergaji tinggi. Lebih sulit dibayangkan sekarang, tapi kemudian saya mengantarkan pizza," kisahnya kepada L'Équipe.
"Itu lucu dan berlangsung beberapa bulan, tapi saya suka mengingat saat itu," lanjutnya.
Berbekal jalan terjal inilah yang kemudian membuat gelandang yang bermain AS Monaco ini dituntut untuk menjadi sosok low profile.
"Dengan jalan tersebut saya selalu mengingatkan diri pribadi untuk terus membumi," tegas pemain berusia 23 tahun.
Namun nasib tidak ada yang tahu. Begitu Fofana yang tiba-tiba mendapatkan panggilan untuk bertanding.
Dari sinilah Fofana mendapatkan kontrak resmi dari klub Ligue 1, R Strasbourg, yang saat itu menyaksikan aksi sang gelandang.
“Enam bulan sebelum memasuki gelar sarjana Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya menyelesaikan sepak bola dan berkonsentrasi pada studi saya. Pada saat yang sama, saat bermain untuk Drancy, saya diperhatikan oleh Strasbourg. Pada Februari 2017, saya menandatangani kontrak," sambung Fofana menceritakan.