Mereka melakukan perjalanan sejak Bulan Mei dan telah sampai di Qatar pada November, beberapa hari sebelum dimulai Piala Dunia.
Keempatnya mulai bersepeda pada 15 Mei dari Cape Town ke Doha, sebuah perjalanan yang akan melintasi 15 negara di dua benua.
Perjalanan mereka melintasi 15 negara di dua benua.
"Kami mengayuh 10.500 kilometer (6.524 mil) melintasi Afrika dan Timur Tengah, melewati 15 negara," kata Ledezma, seorang guru pendidikan jasmani berusia 34 tahun dikutip dari Reuters.
"Kami membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk tiba dan saksikan Piala Dunia 2022 (FIFA World Cup Qatar 2022)," imbuhnya.
“Kami memulai perjalanan ini pada bulan Mei dan setiap hari merupakan petualangan yang luar biasa,” kata Lucas Ledezma, seorang guru olahraga yang mengambil waktu di luar kelas untuk fokus pada perjalanan tersebut.
“Orang-orang di seluruh Afrika dan Timur Tengah membuka pintu mereka untuk kami. Mereka membantu kami untuk belajar tentang budaya, berbagi makanan dan bahkan mengundang kami untuk tinggal di rumah mereka. Kami mendapat sambutan yang luar biasa dari semua orang – termasuk di sini di Qatar.” (mba)
Tandai dengan Tanam Pohon
Selain untuk menonton pertandingan, perjalanan tersebut bertujuan untuk membantu lingkungan.
Setiap kilometer perjalanan ditandai dengan penanaman pohon di pegunungan Cordoba, yang terletak sekitar 600 kilometer barat laut ibu kota negara, Buenos Aires.
“Bersepeda adalah sesuatu yang indah karena kita tidak melewatkan kemana-mana, kita merasakan perjalanannya, setiap pohon kecil, setiap rumah, setiap keluarga, kilometer demi kilometer,” imbuhnya bersemangat.
Lucas Ledezma memiliki pengalaman sebelumnya dalam jenis perjalanan menggunakan sepeda seperti ini.
Dia pernah bersepeda ke Brasil untuk menghadiri Piala Dunia 2014 dan juga ke Rusia untuk putaran final 2018.
Dia telah melakukan perjalanan ke berbagai negara dengan kendaraan roda dua untuk menyemangati rekan senegaranya di Olimpiade Rio 2018 dan Copa America 2015 di Cile.
Untuk petualangannya di tahun 2022, dia bergabung dengan pembuat film dokumenter, penulis, dan agen perjalanan.
"Ada perencanaan berbulan-bulan, duduk untuk mencari tahu apa yang terjadi di setiap negara, ada investigasi mendalam," kata Pighi, penulis berusia 31 tahun. (mba)