TRIBUNNEWS.COM - Pertandingan pembuka Piala Dunia 2022 malam ini akan mempertemukan Timnas Qatar vs Timnas Ekuador, Minggu (20/11/2022) pukul 23.00 WIB.
Pertemuan Qatar vs Ekuador di laga pembuka Piala Dunia 2022 tak hanya soal duel para pemain di atas lapangan.
Adu strategi dari pelatih Qatar, Felix Sanchez Bas dan pelatih Ekuador, Gustavo Alfaro turut menjadi perhatian.
Baca juga: Karim Benzema Cedera, Timnas Prancis Kehilangan Sosok Penyerang Gacor di Piala Dunia 2022
Pasalnya, keduanya menukangi tim yang bisa dibilang memiliki status sebagai kuda hitam turnamen.
Ditambah lagi, perjuangan keduanya mencapai Piala Dunia 2022 juga tidak mudah.
Berikut ini head to head pelatih Qatar vs pelatih Ekuador.
1. Road to World Cup
Felix Sanchez Bas dan Gustavo Alfaro memiliki kisah Road to World Cup atau perjalanan menuju Piala Dunia yang berbeda.
Felix sudah dipastikan tampil di event empat tahunan itu lantaran Qatar menjadi tuan rumahnya.
Sedangkan Gustavo Alfaro harus berjuang dari zona CONMEBOL untuk memastikan satu tempat di putaran final.
Meski demikian, Felix Sanchez Bas berhasil mengantarkan Qatar menjadi pemuncak Grup E Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Tim berjuluk The Maroon itu mengoleksi 22 poin dari total 8 pertandingan.
Sementara itu, langkah Ekuador ke Piala Dunia 2022 ditentukan hingga menit-menit akhir di Kualifikasi Zona CONMEBOL.
Mereka menempati posisi keempat dengan mengoleksi 26 poin.
2. Taktik
a. Qatar
Pelatih Qatar dan pelatih Ekuador memiliki pendekatan bak bumi langit perihal taktik.
Bagi Felix, ia kemungkinan akan mempertahankan taktik 5-3-2 yang menjadi andalannya selama ini.
Felix Sanchez Bas sudah memiliki gambaran seperti apa tim asuhannya akan tampil di Piala Dunia 2022 nanti.
Ia tak akan memaksakan arogansinya ke dalam skuad asuhannya nanti.
Maksudnya, Bas tak akan nekad menerapkan taktik permainan terbuka kepada Timnas Qatar.
Dengan latar belakang sebagai orang La Masia, ia tentu paham dengan taktik tersebut.
Namun, penerapan hal itu juga tak semudah membalikkan telapak tangan.
Ia membutuhkan waktu untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman dari anak asuhnya.
Ia bersiap menerapkan taktik counter attack selama gelaran Piala Dunia 2022 mendatang.
"Kami akan mencoba bermain sebagai sebuah unit dan melakukan counter attack yang berbahaya," ungkap Felix Sanchez Bas dikutip dari laman Marca.
"Ketika kami mendapatkan bola, kami akan mencoba membangun serangan tentu saja, meski kami juga tahu lawan-lawan kami memiliki kekuatan yang luar biasa."
"Kami seperti bunuh diri jika mencoba bermain terbuka di Piala Dunia nanti."
"Kami akan mencoba bermain kompak dalam bertahan dan mencegah lawan mencetak peluang," sambungnya.
b. Ekuador
Di sisi lain, pelatih Ekuador, Gustavo Alfaro menghendaki tim asuhannya bermain dengan pendekatan sepak bola modern dengan formasi 4-3-3 menjadi andalan.
Gustavo tak ingin timnya bermain selalu berada di bawah tekanan lawan.
Untuk itu, ia mencoret beberapa pemain senior yang dipandang tak maksimal lagi dalam membela timnas berjuluk La Tricolor.
Ia lantas memanggil para pemain muda yang langsung menjadi tulang punggung tim.
Moises Caicedo yang naik daun bersama Brighton jadi andalan di lini tengah.
Sedangkan di belakang, ia mendapatkan dukungan dari Piero Hincapie yang moncer bersama Bayer Leverkusen.
Para pemain muda dapat membawa unsur atraktif dalam permainan modern yang dikehendaki sang pelatih.
Perpaduan umpan-umpan pendek dengan through pass di momen yang tepat menjadi andalan Ekuador selama di bawah kepemimpinan Alfaro.
Sekali lagi, Alfaro tak anti dengan para pemain senior.
Buktinya, ia masih mengandalkan Enner Valencia di lini depan tim.
Sang top skor sepanjang masa Ekuador kemungkinan bakal mendapat dukungan dari penggawa senior lain, Angel Mena.
Kombinasi pemain muda dan senior serta taktik modern dari Gustafo Alfaro akan membuat Ekuador menjadi tim yang menarik untuk ditonton.
3. Pemain Andalan
a. Qatar
Almoez Ali menjadi pemain kunci dari berhasilnya Qatar meraih gelar Piala Asia 2019.
Sebagai striker, ketajamannya di depan gawang mampu menggendong The Maroons.
Torehan sembilan golnya menjadi yang terbanyak di antara pemain Qatar lainnya.
Raihan gelar pemain terbaik Piala Asia 2019 pun sukses ia bawa pulang.
Padahal saat itu, usia sang penyerang baru menginjak 23 tahun.
Kehebatan Ali memang seharusnya menjadi hal yang lumrah.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Suporter Padati Fan Zone, Otoritas Qatar Sebut 40 Ribu Orang Hadir
Di usia muda, ia menimba ilmu di eropa, tepatnya akademi Eupen, Belgia.
Pemain yang kini bermain untuk Al-Duhail SC di kasta tertinggi sepakbola Qatar itupun mampu menjadi tulang punggul negaranya hingga sekarang.
Dari 82 caps, pria berusia 26 tahun itu mampu menyumbangkan 39 gol.
Torehannya tersebut menjadi urutan ketiga yang terbanyak diantara pemain The Maroons lainnya sepanjang masa.
b. Ekuador
Bisa dibilang, Moises Caicedo adalah calon sumber inspirasi permainan Ekuador di Piala Dunia nanti.
Ia akan bergerak bebas di lini tengah sembari menciptakan peluang bagi rekan-rekannya.
Pemain berusia 21 tahun ini memiliki visi bermain yang luar biasa.
Ia juga mempunyai variasi umpan yang akurat untuk ditawarkan kepada rekan-rekannya.
Seiring dengan skill mumpuninya tersebut, pengawalan ketat dari lawan barangkali akan menyambutnya di laga perdana nanti.
Untuk itu, Caicedo perlu cermat mencari ruang agar bisa memberi Ekuador peluang-peluang berbahaya untuk dimanfaatkan.
Baca Juga
Jadwal Lengkap Piala Dunia 2022
Profil 8 Stadion Piala Dunia Qatar
Daftar Peserta dan Pembagian Grup Piala Dunia 2022
Sejarah Piala Dunia atau FIFA World Cup
Download Gambar Jadwal Piala Dunia 2022 Qatar, Lengkap Babak Penyisihan Grup A-H
(Tribunnews.com/Guruh, Deivor Ismanto)