TRIBUNNEWS.COM- Jogo bonito telah kembali. Ya, demikianlah pekikan dari para fan Brasil setelah melihat timnya menggulung Korea Selatan.
Brasil menang 4-1 atas Korea Selatan lewat permainan indah nan menawan pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Stadion 974, Doha, Qatar, Selasa (6/12) dini hari.
"Jogo bonito" kurang lebih artinya "permainan yang indah". Konon dipopulerkan sang legenda, Pele merujuk permainan menghibur Brasil menghabisi lawan-lawannya di Piala Dunia terdahulu.
Belakangan, filosofi permainan indah milik tim Selecao dinilai telah bergeser menjadi lebih mengutamakan hasil akhir atau pragmatis.
Anggapan tersebut muncul melihat penampilan dua timnas Brasil pemenang Piala Dunia setelah era Pele, yakni pada 1994, dan 2002.
Baca juga: Jadwal Perempat Final Piala Dunia 2022: Kroasia vs Brasil hingga Maroko vs Portugal, Live SCTV
Era 1994 dianggap berasal dari dominasi permainan lini tengah yang dikawal oleh kapten timnas Brasil saat itu, Dunga.
Sementara era 2002, disebut lebih mirip dengan skuat asal benua Eropa.
Terlebih, dengan mengandalkan tiga orang pemain bintang yang kiprahnya terbilang menonjol di kompetisi negara Eropa yaitu Ronaldo Nazario, Rivaldo, dan Ronaldinho.
"Brasil telah kehilangan esensinya, permainan yang indah (jogo bonito)," kata bek legendaris Roberto Carlos dikutip dari Football Espana beberapa waktu lalu.
Tapi kemarin, ketika gol demi gol indah dari tim Samba meluncur selama 45 menit babak pertama, orang-orang pun ramai memekik," Jogo bonito telah kembali!".
Dan pelatih Brasil, Tite mengaku sulit menahan godaan untuk ikut berpesta menari ala bebek bersama skuatnya setelah gol ketiga Brasil tercipta saat laga baru berlangsung 29 menit.
Gol Richarlison itu memang terlahir dengan proses istimewa, dan skuat Samba bergegas ke dekat bench untuk dansa ala goyang bebek. Tite pun ikut bergabung.
Belakangan, pelatih berusia 61 tahun ini menyebut, tarian bersama itu ekspresi kegembiraan murni atas penampilan menyerang yang berani dari timnya, dan akan membantunya menjalin ikatan dengan tim mudanya.
“Kami berusaha menyesuaikan dengan karakteristik para pemain,” kata Tite ketika ditanya soal tarian tersebut dalam konferensi pers.