TRIBUNNEWS.COM- Timnas Kroasia dan Maroko siap tampil ngotot untuk memperebutkan tempat Ketiga di Piala Dunia 2022 Qatar dalam laga yang digelar di Stadion Khalifa International, Ar-Rayyan pada Sabtu (17/12).
Kedua tim yang akan bertanding Kroasia dan Maroko menyatakan, laga ini bukan pertandingan persahabatan.
Kroasia dan Maroko masih berambisi meraih posisi terbaik yang bisa didapat setelah kekalahan keduanya di semifinal.
Kedua tim akan menyambut laga perebutan tempat ketiga tetap dengan semangat yang tinggi.
Maroko telah menulis sejarah di Piala Dunia. Mereka telah menjadi tim Afrika pertama yang mencapai empat besar Piala Dunia.
Baca juga: Seluruh Dunia Bangga dengan Maroko, Jejak Gemilang Singa Atlas, Lawan Kroasia di Duel Tempat Ketiga
Mereka akan disambut di tanah air mereka saat tiba nanti sebagai pahlawan terlepas dari hasil laga perebutan tempat ketiga.
Tidak hanya mendapatkan apresiasi dari negara, mereka juga telah merebut dukungan dari benua dan dunia Arab.
Maroko telah menemukan tempat di hati penggemar netral yang menyukai cerita kejutan dari tim underdog.
Kroasia dan Maroko akan berhadapan di Qatar untuk kedua kalinya setelah bermain imbang 0-0 di pertandingan pembuka grup mereka.
Pertemuan ini mengingatkan kita pada Piala Dunia 2018 ketika Belgia dan Inggris bertemu satu sama lain di babak penyisihan grup dan kembali bertemu pada laga perebutan tempat ketiga.
"Akan sulit secara mental. Saya akan memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak bermain dan kami akan berusaha merebut tempat ketiga," kata Walid Reragui setelah kekalahan di laga empat besar dari Prancis dikutip dari AFP.
"Yang penting adalah kami menampilkan penampilan yang bagus untuk tim kami dan sepak bola di Maroko tidak jauh dari level teratas," katanya.
Bagi Kroasia, langkah mereka di Piala Dunia kali ini diawali dengan kesulitan.
Mereka hanya memenangkan satu pertandingan grup.
Tapi melalui kerja keras dan keuletan, kemenangan adu penalti atas Jepang dan favorit Brasil membawa mereka ke pertandingan semifinal melawan Argentina, di mana Lionel Messi yang sedang dalam performa terbaiknya adalah arsitek kehancuran mereka.