TRIBUNNEWS.COM - Empat tahun yang lalu, ide mengenai Maroko yang bisa menjadi tuan rumah bersama Spanyol dan Portugal di Piala Dunia 2030 terlihat tidak mungkin, tetapi sekarang tidak begitu lagi.
Maroko mengukir sejarah di Piala Dunia 2022 Qatar, menjadi negara Arab dan Afrika pertama yang lolos ke semifinal Piala Dunia.
Selain itu, dalam perjalanan tersebut mereka sukses menumbangkan tim-tim favorit, yaitu Belgia, Spanyol, dan Portugal.
Meskipun belum ada proposal untuk mengajukan tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia multibenua pertama, kepala federasi sepak bola Maroko masih yakin pada konsep tersebut.
Baca juga: Aurelien Tchouameni, Gabungan Pogba & Kante bagi Timnas Prancis di Piala Dunia 2022
"Kami ingin organisasi ini dibagi antara benua Afrika dan benua Eropa," kata Fouzi Lekjaa selaku Presiden FA Maroko kepada The Associated Press dilansir Daily Mail.
“Untuk menunjukkan kepada dunia bahwa hubungan Afrika dan Eropa bukan hanya hubungan imigrasi ilegal dan perang melawannya,” kata Lekjaa.
"Sebaliknya, itu adalah hubungan di mana peradaban dan budaya dapat bertemu."
"Kami hanya berjarak 14 kilometer (dari Spanyol)" kata Lekjaa.
Hadir pula dukungan dari Raja Mohammed VI yang segera meminta untuk membuat tawaran baru menjadi tuan rumah Piala Dunia ketika Maroko kalah dalam pemilihan tuan rumah edisi 2026 karena rencana Amerika Serikat-Kanada-Meksiko lebih disukai.
Namun ada hal yang berubah dibandingkan tahun 2018.
Lekjaa, seorang menteri pemerintah yang bertanggung jawab atas anggaran negara, kini memiliki pengaruh lebih besar di FIFA sebagai delegasi terpilih Afrika sejak bergabung tahun lalu.
"Sekarang kami berusaha menjadi pemain kunci dalam dimensi internasional di dalam FIFA," kata Lekjaa.
Namun, FIFA belum menentukan jadwal dan aturan menuju keputusan tuan rumah yang diharapkan dilakukan pada tahun 2024 untuk turnamen 2030.
Kini Singa Atlas masih akan berkompetisi melawan Kroasia di Qatar untuk memperebutkan juara ketiga pada Sabtu (17/12/2022) pukul 22.00 WIB.