News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Soal Bajak-Membajak, PDIP : Demokrat Lebih Ganas

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Program Tim Kampanye Nasional koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin, Aria Bima menyebut adanya dugaan daftar pemilih tetap (DPT) ganda bukan hal baru menjelang pemilihan umum.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan menyebut Partai Demokrat lebih ganas dalam hal membajak kader partai lain.

Hal ini menanggapi peryataan sejumlah pihak yang menyebut dukungan sejumlah kader Partai Demokrat ke Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin sebagai pembajakan kader.

Baca: 500 Orang Antusias Ikuti Simulasi CAT CPNS di Bandung

PDI Perjuangan mencontohkan bagaimana sejumlah kadernya menjadi tim sukses kampanye Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat pilpres 2009.

"Kalau PDIP Perjuangan dianggap bajak membajak, berkaca dulu dong. Jangan menepuk air terpercik muka sendiri. Sumatera Barat gubernurnya dulu Gamawan Fauzi, siapa yang mengusung, siapa yang jadikan, sampai siapa yang bayarin kampanye? PDIP Perjuangan. Kemudian jadi timses Pak SBY 2014 (2009)," kata Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Aria Bima di Rumah Cemara, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (11/9/2018).

"Terus kemudian Gubernur Jawa Tengah Pak Mardiyanto dua kali jadi gubernur, siapa yang mengusung? PDI Perjuangan. Belum selesai jadi gubernur, dukung Pak SBY," sambung Aria.

Baca: Pilar Persib Bandung Ini Dilempari Telur oleh Rekan Satu Timnya, Apa Sebab?

Politisi PDI Perjuangan ini juga menyebut, partainya tidak pernah menyoalkan terait istilah bajak-membajak. Hal itu, lanjut Aria, sebagai kritikan terhadap internal partai.

"Kader Demokrat itu kebanyakan bajakan dari partai lain. Dalam soal ini, lebih ganas Demokrat itu mengambil partai-partai lain sebenarnya," jelas Aria.

Dari koreksi internal partai, PDIP lanjut Aria, mampu menghasilkan kader-kader yang berkualitas.

"Tapi itu (kader yang pindah) justru yang kami pakai mengkoreksi partai bukan mencaci maki partai lain. Akhirnya muncullah seorang Jokowi, muncullah seorang Risma, muncullah Hasto di Kulonprogo, munculah Azwar Anas. Banyak kader partai yang tidak meloncat-loncat pada saat periode kedua SBY," papar Aria.

Dikabarkan, Gubernur NTB TGH Zainul Majdi atau Tuang Guru Bajang (TGB), mantan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan Gubernur Papua Lukas Enembe yang merupakan kader Partai Demokrat mendukung Jokowi-Ma'ruf. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini