News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Noe 'Letto' Sumbang Saran Hadapi Hoaks di Media Sosial Saat Bertemu Ma'ruf Amin

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe Letto.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin meminta masukan dan saran saat bersilaturahmi ke Rumah Maiyah, kediaman Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.

Dalam kesempatan tersebut Sabrang Mowo Damar Panuluh, putra Cak Nun yang juga dikenal sebagai Noe Letto bicara soal kegalauan anak muda dan milenial saat ini.

Khususnya mengenai potensi perpecahan dan konflik akibat berbagai rumor yang masif di media sosial.

Baca: Cerita Kartika Putri Nego Habib Usman bin Yahya Agar Bisa Kembali ke Dunia Entertainment

"Saya sebagai anak muda, mengalami kebingunan di ruang sosial media, perpecahan sangat kelihatan," kata Sabrang, Minggu (14/10/2018).

Menurut dia, kondisi ini terjadi akibat pengguna media sosial di Indonesia selalu kesulitan dalam menemukan sumber informasi primer.

Justru yang tersedia hanya rumor yang disebar siapa saja di media sosial.

Baca: Jadi Trending Topik di Twitter, Festival Keraton ASEAN Akan Digelar Akhir Oktober

Rumor satu dilempar, dibalas dengan rumor lain, sehingga menimbulkan keretakan.

"Jangan mudah menyalahkan orang lain. Namun berilah kepada rakyat supaya melihat segala sesuatu dengan jernih, dengan sumber-sumber primer," kata Sabrang.

Dia pun memberikan contoh, bila ada keributan soal pangan di media sosial, sebaiknya menteri yang berkaitan langsung menjawab dan menjelaskan kondisi sebenarnya.

Sehingga tidak ada ruang untuk rumor.

"Kalau ada sumber primer langsung, orang tak mudah diombang-ambingkan desas-desus. Kalau isu ini tak di-manage dengan benar, yang ada hanya desas desus," kata dia.

Baca: Doa Cak Nun untuk Ma’ruf Amin

Intinya, Noe Letto, mengusulkan agar Pemerintah dan Negara harusnya memberi ruang wadah yang benar bagi masyarakat.

"Sehingga diskusi bisa benar dan sumbernya benar, jauh dari rumor," imbuhnya.

Ma'ruf Amin langsung tertarik dengan ide-ide tersebut.

Dia sempat meminta tolong supaya ide itu disempurnakan dan disampaikan secara lengkap lewat tulisan sehingga bisa dipelajari.

Ma'ruf juga mengakui bahwa kondisi di media sosial saat ini sangat memprihatinkan.

Padahal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa tentang bagaimana bermuamalah dalam media sosial.

Diakuinya juga, seruan moral demikian tak cukup.

Selain pedoman demikian, harus ada edukasi lebih lanjut dari Pemerintah, tokoh masyarakat, dan ulama.

"Nah bila tak bisa diedukasi, ada law enforcement," kata Ma'ruf.

Cak Nun lebih jauh menyampaikan prinsip utama bahwa penyelesaian masalah tersebut bisa dilakukan dengan demokratisasi di media sosial.

Baginya, yang bisa menentukan hoaks atau tidak tak seharusnya dilakukan Pemerintah.

Pihak yang bisa menentukannya adalah publik sendiri.
Pemerintah cukup memberikan wadahnya.

"Harus ada suatu demokratisasi media sosial, yang bisa kita rintis," kata Cak Nun.

Dia mengakui bahwa Sabrang dan kawan-kawannya membuat sebuah aplikasi bernama opinium sebagai wadah masyarakat untuk mengetahui apakah isu yang dilempar ke media sosial itu hoaks atau tidak.

"Sekarang ini orang lebih percaya kepada medsos daripada kiainya. Anak lebih percaya WA (whastapp) dibanding orang tuanya. Syukur ada aplikasi seperti Opinium yang bisa memberi legitimasi (atas validitas isu)," kata Cak Nun, sembari menekankan demokratisasi medsos tak bisa dihindari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini