Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehadiran Perkumpulan Swing Voters (PSV) dalam khasanah politik elektoral diharapkan bisa meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia dan mengurangi polarisasi di masyarakat yang tidak sehat sejak muncul saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, dan kian menajam pada Pilpres 2019 ini.
"Sebenarnya bukan hanya untuk menetralisasi polarisasi di masyarakat yang kian tajam dan semakin tidak sehat, tapi ada tiga alasan lain yang lebih strategis kenapa akhirnya kami memutuskan mendirikan PSV ini," terang Ketua Umum PSV, Adhie M Massardi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (21/10/2018).
Baca: Di HUT Ke-54 Partai Golkar, Jokowi dan Airlangga Saling Balas Pantun
Pertama, jelas Adhie, dalam sejarah politik Indonesia pasca kemerdekaan, nyaris tidak ada partai politik yang memiliki garis politik keberpihakan yang jelas.
Akibatnya, parpol jadi tidak punya pendukung loyal, sehingga daru pemilu ke pemilu, massa yang tidak memiliki kecenderungan memilih parpol tertentu (swing voters) sebelum pemilu dilaksanakan jumlahnya terus meningkat.
"Kedua, saat memasuki rezim elektoral, panggung kampanye dijejali tim sukses dari seluruh kontestan, sehingga udara politik terpolusi oleh omong kosong dan janji-janji yang tak jelas kapan ditepatinya. Sejarah tak pernah mencatat dalam situasi seperti itu ada pihak yang berdiri dengan integritas dan obyektivitas yang kuat dan memandu kelompok masyarakat swing voters ini untuk menentukan pilihan dengan cerdas," jelas Adhie.
Baca: Zaskia Gotik Pamer Foto Gunakan Pakaian Hitam, Olla Ramlan Pertanyakan Wajahnya
Ketiga, lanjut Adhie, akibat dari semua itu, lebih banyak kelompok swing voters kemudian memilih golput.
Inilah yang membuat kenapa jumlah golput dari pemilu ke pemilu terus meningkat.
"PSV hadir dari ranah demokrasi kita guna meningkatkan kualitas rezim elektoral, yaitu memandu kelompok swing voters untuk secara cerdas dan obyektif menentukan pilihan politiknya. Sehingga kedepan, demokrasi kita benar-benar menjadi mesin elektoral yang berhasil memproduksi pejabat-pejabat publik yang memiliki keberpihakan yang nyata kepada rakyat," kata Adhie.
"Sehingga dengan demikian kaidah fiqih kepemimpinan dalam Islam, bisa betul-betul tercapai," sambungnya.
Baca: Bawakan Lagu Ya Maulana, Nashwa Zahira Peserta Indonesia Idol Junior Kembali Digoda Rizky Febian
Agar PSV benar-benar hadir mengisi kekosongan 'jalan pikiran obyektif' di panggung politik nasional, Adhie mengundang semua kalangan, terutama kaum muda di kampus-kampus, untuk bersedia menjadi relawan bagi kemandirian PSV di kota masing-masing.
"Untuk sementara, kami akan konsentrasi menggalang volunteer PSV di kota-kota di 7 provinsi yang gemuk swing voters-nya. Yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan," ungkap Adhie.
Sebagaimana telah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih pada pemilu 2019 ini sebanyak 187 juta.
Baca: Prabowo Diduga Saksi Pelanggaran HAM, Ferdinand Hutahaean Tantang Presiden Lakukan Penyelidikan
Sedangkan, jumlah swing voters menurut berbagai lembaga survei berkisar antara 30-35 persen, sekira 50-65 juta.
"Kami berharap PSV nanti bisa memandu secara obyektif 50-75 persen swing voters untuk menentukan pilihannya. Menurut rencana, paling lambat akhir pekan PSV ini diumumkan kepada publik," pungkas Adhie.