Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sekelompok anak muda yang berasal dari Komunitas Anak Muda Pecinta Seni Jakarta Selatan mendukung terwujudnya Nawacita Jilid II.
Komunitas Anak Muda Pecinta Seni Jakarta Selatan mengadakan acara Diskusi dan Pentas Seni Stand Up Comedy bertema "Nawacita Membangun Ceria ke 2" di Warung Baper, Jalan Tendean, Jakarta Selatan, Sabtu (20/10/2018) malam.
Baca: Presiden Jokowi: Tantangan Parpol ke Depan Semakin Berat
Program Nawacita Jokowi memang dibutuhkan untuk merubah mental bangsa Indonesia, sehingga tidak selalu menilai Jokowi dari sisi negatif saja.
“Sulit rasanya menilai kinerja Jokowi hanya dari sisi negatifnya saja, sisi positifnya perlu juga ditampilkan sehingga ada keseimbangan dalam menilai pemerintahan Jokowi,” ujar komika Fahri.
Baca: Golkar: Pemilu 2019 Pesta Demokrasi, Bukan Arena Peperangan
Kegiatan Diskusi dan Pentas Seni Stand Up Comedy generasi muda tersebut, juga diselingi dengan pembacaan dukungan terhadap pemerintah yang berbunyi “Kami komunitas anak muda pecinta seni Jakarta Selatan, mendukung terwujudnya Nawacita Jilid II”, oleh perwakilan komunitas dan generasi muda pecinta seni se-Jakarta Selatan.
Acara ini dilaksanakan sebagai keprihatinan generasi muda milenial, terhadap dinamika politik dan ekonomi dalam negeri beberapa waktu belakangan ini, terutama saat memasuki tahapan kampanye Pemilihan Presiden 2019.
Baca: BKN Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2018, Ini Tahapan Berikutnya
Banyak sekali peristiwa di dalam negeri yang menghiasi pemberitaan media massa yang isinya cenderung negatif, terutama dalam menyoroti berbagai program pemerintah di bidang ekonomi, yang kemudian dijadikan komoditas politik dengan tujuan untuk menyerang pemerintah.
Padahal kondisi perekonomian Indonesia saat ini jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan masa krisis ekonomi tahun 1998, karena kegiatan ekonomi di sektor produktif masih terus berjalan.
Dalam wawancaranya, Direktur Studi Demokrasi Rakyat, Hari Purwanto, mengatakan situasi ekonomi Indonesia saat ini berbeda dengan tahun 1998, di mana situasi ekonomi saat itu sangat mencekam akibat berbagai tekanan ekonomi yang menerpa Indonesia pada saat itu.
“Secara fundamental perekonomian Indonesia pada tahun 1998 memang terpuruk, sehingga mengakibatkan kejatuhan pemerintahaan Indonesia saat itu. Sedangkan situasi ekonomi saat ini, fundamental ekonomi Indonesia terhitung masih kuat, karena berbagai program pembangunan pemerintah yang mendorong sektor produktif akan segera dirasakan hasilnya," ujar Hari.
Selain itu, penurunan perekonomian Indonesia saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti adanya perang dagang antara Amerika dengan China, yang dampaknya tidak akan sampai menjatuhkan kehidupan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Perang dagang Amerika dengan China, memang berdampak pada penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar, namun masih dapat diatasi. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir, karena secara fundamental perekonomian Indonesia masih kuat, untuk menghadapi berbagai tekanan tersebut," kata Hari.
Sementara, masyarakat saat ini harus mulai lebih banyak menilai sisi positif dari kinerja pemerintahan Jokowi, karena apabila sisi negatifnya lebih dominan, maka semua upaya Jokowi untuk memajukan bangsa seolah tidak ada artinya lagi.