News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

PKS: Dulu Jokowi Menang Karena Santun Dalam Berkata Sekarang Ngepop dan Aneh-aneh

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN), Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Mardani Ali Sera menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal politik genderuwo.

Menurut Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, Jokowi pandai menggunakan istilah ngepop.

Namun, inisiator #2019GantiPresiden ini mengingatkan Jokowi untuk menggunakan bahasa yang santun, agar citra yang dibangun tidak jadi rusak.

"Hati-hati citra yang dibangun jadi rusak. Karena masyarakat, khususnya suku Jawa, selalu berusaha santun dan menggunakan rasa," ujar ketua timses Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta ini kepada Tribunnews.com, Jumat (9/11/2018).

Mardani mengingatkan, Jokowi menang dalam pilpres 2014 lalu karena santun dan tidak aneh-aneh dalam berkata.

"Dulu pak Jokowi menang karena santun dan pendek dalam berkata. Sekarang ngepop dan aneh-aneh," jelas Mardani Ali Sera.

Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan di Kabupaten Tegal, Jumat (9/11/2018), sempat menyindir politikus yang doyan menyebar propaganda dan ketakutan kepada masyarakat di tahun politik ini.

Ia menyebutnya sebagai politikus gerenduwo (genderuwo).

"Ya politikus gerenduwo itu yang melakukan cara- cara berpolitik dengan propaganda. Menakut- nakuti dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat," kata Jokowi.

Baca: Polisi Bakal Periksa Kejiwaan Penyerang Polsek Penjaringan

Dalam KBBI genderuwo merupakan hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu tebal.

Jokowi mengemukakan saat ini banyak politikus yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

"Coba lihat politik dengan propaganda menakutkan. Membuat takut dan kekhawatiran. Setelah itu membuat sebuah ketidakpastian. Kemudian menjadi keragu raguan di masyarakat," ucapnya usai peresmian tol.

Menurutnya, cara berpolitik semacam itu bukanlah berpolitik yang beretika. Masyarakat digiring ke arah ketakutan sehingga terkesan kondisi Indonesia mencekam.

Cara berpolitik seperti itu dikatakan dapat memecah persatuan bangsa. Sehingga, Jokowi menegaskan masyarakat harus bisa berpikir kritis dan pintar dalam menghadapi situasi.

"Cara berpolitik seperti ini jangan diteruskan lah. Stop," tegas mantan Wali Kota Solo itu.

Ia harapkan politik di Indonesia penuh dengan kegembiraan dan kesenangan, bukan ketakutan.

"Namanya juga pesta demokrasi, yang namanya pesta itu penuh dengan kegembiraan. Biarkan masyarakat dengan kematangan politiknya memberikan suara untuk memilih," ujarnya.

Jokowi mengatakan harus ada hijrah sikap saat tahun politik ini. Hijrah dari pesimisme ke optimisme, hijrah dari kegaduhan ke persatuan dan kerukunan.

Ketika ditanya siapa politikus yang dimaksud, Jokowi hanya tersenyum dan mengatakan sambil lalu, "Ya dicari aja politikusnya," kata dia.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini