TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Setelah politikus sontoloyo, kini calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyinggung politikus genderuwo saat kunjungan kerja ke Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11/2018).
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja Ace Hasan Syadzily menerangkan pernyataan Jokowi sebagai pengingat, bahwa perbedaan politik adalah hal biasa di dalam negara yang menganut sistem demokrasi.
Boleh berbeda pandangan dalam berpolitik, ucap Ace, tapi politik jangan sampai membuat semua menjadi terpecah-belah. Genderuwo dalam artian sebenarnya adalah hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu lebat.
Ace berujar politik genderuwo adalah istilah simbolik yang ditunjukan kepada pihak-pihak yang selalu melontarkan pandangan-pandangan yang pesimistis. Termasuk melontarkan pandangan politik ketidakpastian, pesimisme dan kebohongan. Ia menyinggung ada pihak-pihak yang bicara soal ekonomi Indonesia yang mengalami krisis saat ini.
"Seakan-akan kita akan menghadapi krisis ekonomi yang menakutkan dengan menyebut bahwa harga-harga di pasar mengalami kenaikan. Sehingga mendorong masyarakat menjadi khawatir dengan kondisi ekonomi saat ini," ujar Ace saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (9/11/2018).
Baca: Rekomendasi Bawaslu Dikesampingkan, KPU Maluku Utara Tak Diskualifikasi Cagub Petahana
Ace meyakini Indonesia tak mengalami krisis ekonomi. Bahkan, situasi dan kondisinya ekonimi saat ini dinilainya semakin membaik. Berkaca dari nilai tukar rupiah ke dollar Amerika Serikat.
"Saat ini dolar Amerika sudah mulai menjinak ke kisaran Rp 14.600-an yang kemarian menembus Rp 15.000-an. Angka inflasi yang masih dapat dikendalikan. Pemerintah diam-diam bekerja dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi tekanan ekonomi pasar," tuturnya.
Ace mengatakan pernyataan Jokowi soal politikus Genderuwo ditujukan tidak hanya kepada kelompok tertentu, tetapi kepada pihak-pihak, terutama para politisi yang melontarkan pandangan-pandangan dan narasi yang pesimistik, ketakutan dan ketidakpastian.