TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar, menilai pernyataan presiden petahana, Joko Widodo (Jokowi) mengenai politik genderuwo, mengindikasikan ketidak percayadirian.
Di tengah posisi elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf di kontestasi pilpres 2019 yang tinggi, kata Musni Umar, mantan gubernur DKI Jakarta tersebut seharusnya tak perlu mengkhawatirkan sesuatu.
Justru, melempar isu tersebut, nilai Musni Umar, maka Jokowi bisa mengalami kekalahan di pilpres 2019.
"Seharusnya pak Jokowi percaya diri mendapat banyak dukungan. Kalau dipelihara, kesempatan dia jadi penguasa terbuka. Kalau unggul ya berarti tinggal memelihara saja supaya dia bisa memenangkan pertarungan," ujar Musni Umar, di D Hotel, Jakarta Selatan, Minggu (11/11/2018).
Untuk itu, dia menilai, Jokowi tidak perlu melempar isu yang membuat masyarakat tidak paham, dan menimbulkan pertanyaan mengenai ucapan politik genderuwo tersebut.
Dia melihat, ucapan itu ditujukan kepada lawan politik, yaitu kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sehingga, ucapan itu merupakan bagian dari pertarungan politik.
Dia menganggap, apa yang diucapkan Jokowi tak menandakan sosok pemimpin negara besar. Dia meyakini, tujuan Jokowi mengucapkan soal kalimat-kalimat nyeleneh tak lepas dari kepentingan elektoral.
"Mungkin juga ada juga orang lain. Pasti yang suka mengkritiknya. Sebagai pemimpin seharusnya tak usah tebal telinga. Pasti meningkatkan elektoral," kata dia.
Namun, dia menegaskan, upaya semacam itu tak dapat berjalan efektif. Apalagi, dia menambahkan, masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah membutuhkan kehidupan yang layak.
"Kalau menurut saya masyarakat bawah cara menarik elektoral mereka adalah supaya bisa mendapatkan pekerjaan yang mereka membutuhkan. Lalu, apa-apa murah. Ini masalah perut. Jadi, yang perlu dilakukan ini sembako murah, karena sekarang ini terpantau mahal," tambahnya.
Sebelumnya, calon presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo memberikan pernyataan yang kembali menghebohkan. Setelah menyindir para politisi sontoloyo, kini Jokowi menyinggung soal adanya politik
genderuwo.
Hal itu dikatakan Jokowi saat berpidato dalam acara pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada Jumat (9/11/2018).
Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan tentang politik propaganda untuk menyebar ketakutan dan kekhawatiran. Selain itu, dia mengatakan politik propaganda membuat ketidakpastian.
"Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar gak ya, benar gak ya," kata Jokowi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11/2018).
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Nggak benar, kan? Itu sering saya sampaikan, itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," sambung Jokowi.(*)
Baca: Pengamat Sayangkan Reda Tampang Boyolali Muncul Sindiran Politik Genderuwo