TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menilai kampanye Pilpres 2019 tak mendidik masyarakat dengan penyampaian visi misi, program, dan gagasan.
Selama ini, menurut Ray, kampanye hanya menjadi santapan emosional publik saja.
"Belum ada makanan otak dari kampanye. Cuma makanan emosi saja," katanya dalam diskusi di D Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, (21/11/2018).
Disebutkan Ray, kampanye kali ini hanya diisi pertarungan nyinyir, padahal merujuk Pilpres 2014, kondisi seperti itu tak terjadi karena masih ada perang gagasan.
"Pilpres 2014, fitnah ada tapi otak diisi debat mereka. Sekarang paling banter 80 persen kampanye nyinyir, 20 persen ke otak kita," ungkapnya.
Baca: Keluarga Mengaku Tidak Mengenal Terduga Pelaku Pembunuhan Dufi yang Ditangkap Polda Metro Jaya
Ray memandang ada peluang perang diksi dan gimik dalam kampanye hanyalah bentuk dari strategi.
"Taktik ini seperti suasana saat Pilgub DKI, dan kalau benar ini strategi, ini malah blunder karena efek Pilgub DKI seram, memecah belah masyarakat tak hanya Jakarta, tapi juga Indonesia," ujar pengamat politik itu.
Ray menyarankan politisi supaya mengadakan kampanye yang cerdas dengan membahas isu teraktual. Khususnya yang berdampak langsung dengan masyarakat seperti kemiskinan dan kesejahteraan.
"Biar paham arah bangsa ini karena banyak sekali isu penting," pungkasnya.
Seperti diketahui, sejumlah pernyataan dari capres 01 Jokowi dikeluarkan, di antaranya menyebut politikus sontoloyo, politikus genderuwo.
Kemudian juga pernyataan KH. Ma'ruf Amin yang mengeluarkan statement budek dan buta bagi pihak-pihak yang tak melihat keberhasilan dan capaian dari Jokowi selama menjadi Presiden RI.
Di kubu lawan, capres nomor urut 02, Prabowo Subianto pernah mengelurkan statement bahwa perekonomian Indonesia dijalankan dengan sistem ekonomi kebodohan.
Sementara itu, cawapres Sandiaga melontarkan kalimat seperti 'tempe setipis ATM', 'harga chicken rice di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura', dan kemudian melakukan adegan-adegan kontroversial, salah satunya melangkahi makam pendiri NU.