Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita angkat suara terkait pernyataan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera.
Mardani sebelumnya menyebut harga telur di Malaysia jauh lebih murah dibandingkan harga telur di Indonesia.
Baca: Anies Baswedan Enggan Menanggapi Ramalan Prabowo Subianto Soal Air Laut
"Artinya kita lebih mahal clear. Jadi jangan di kira kita lebih mahal, terus kita lebih miskin, emang di Malaysia semua murah, mahal!," ujar Diarmita, di Kementerian Pertania, Jakarta Selatan, Kamis (22/11/2018).
Semua itu, menurut Diarmita tidak bisa dilihat berdasarkan aple to aple, tetapi tergantung daya beli masyarakatnya.
"Harga di Jawa dengan di Jayapura saja bisa beda, jadi jangan aple to aple. Jadi bagaimana daya beli kita," ucap Diarmita.
Baca: Respons Menteri Agama Sikapi Pernyataan Wakil Ketua KPK Terkait Kartu Nikah
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pertanian, potensi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan telur ayam ras, terdapat potensi surplus atau kelebihan telur sebanyak 795.071 ton pertahun atau 66.256 ton perbulan.
Sebelumnya Mardani menyebut harga telur di Malaysia satu kilogramnya Rp 12.000 sedangkan di Indonesia mencapai Rp 25.000.
Baca: Zumi Zola Berharap Istrinya Sabar Hadapi Prahara Serta Merawat Dua Anak yang Masih Balita
"Jadi Indonesia sama Malaysia kaya mana? Kaya Malaysia tapi dia harganya cuma Rp 12 ribu," kata Mardani, Selasa (20/11/2018).
Mardani Ali juga menjelaskan mengapa harga telur di Malaysia jauh lebih murah.
"Karena rantai pasokan cukup, rantai distribusinya sesuai. Tidak boleh ada monopoli kalau ada monopoli harga naik sendiri," jelasnya.