TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menilai tagar sandiwarauno (# SandiwaraUno) di media sosial merupakan respons lazim atas beberapa langkah kubu Prabowo-Sandi yang kerap memainkan strategi sebagai korban atau playing victim demi meraih simpati.
Menurut Hasto, masyarakat, khususnya pegiat dunia maya, menilai pihak Sandiaga selama ini memainkan isu yang justru tidak menimbulkan rasa simpatik.
Satu di antaranya kejadian penolakan pedagang di Pasar Kota Pinang, Labuan Batu, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.
"Akhirnya kan muncul hashtag, tidak tahu dari mana. Artinya publik kan merespons #sandiwarauno itu," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2018).
Sekjen PDI Perjuangan itu kemudian menyinggung soal hoaks penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet yang menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu.
Saat itu, Ratna yang merupakan bagian dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga mengaku dianiaya oleh orang tak dikenal, di Bandung, Jawa Barat, (21/9/ 2018).
Namun akhirnya, Ratna mengakui luka lebam yang terjadi pada wajahnya merupakan dampak setelah operasi plastik.
Menurut Hasto, wajar jika warga memunculkan tagar tersebut melalui media sosial karena ini sebagai rekasi atas beberapa kejadian yang dibuat-buat oleh pihak Sandiaga dan pendukungnya.
"Kan itu respons publik, artinya berpolitik itu harusnya dengan ketulusan, tidak usah playing victim, toh Ratna Sarumpaet sudah gagal sebagai playing victim. Enggak perlu di contoh-contoh lagi," ucap Hasto.
Sebelumnya, Sandiaga ditolak oleh warga ketika menyambangi Pasar Kota Pinang, Labuan Batu, Sumatera Utara pada Selasa (11/12/2018).
Di sana, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu disambut poster yang memintanya untuk pulang saja ke Jakarta.
Selain itu, juga ada poster yang menuliskan 'Pilihan Kami Tetap Jokowi'.
Dari kejadian tersebut muncul tagar #sandiwarauno di media sosial karena video yang beredar menunjukkan kebohongan tim sukses Sandiaga Uno yang sengaja memasang loster tersebut seakan-akan Sandi ditolak oleh masyarakat setempat.