Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat elektabilitas pasangan calon presiden-calon wakil presiden petahana atau nomor urut 01, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin cenderung stagnan di beberapa survei elektabilitas yang dilakukan lembaga survei.
Sekretaris Jenderal PB Majelis Dzikir Hubbul Wathon, Hery Haryanto Azumi, mengatakan kecenderungan stagnasi itu harus dilihat sebagai sinyal dan alarm agar seluruh jaringan kyai dan pesantren Kyai Ma'ruf Amin (KMA) dikonsolidasikan secara lebih sistemik, terkoordinir dan masif.
"Sudah waktunya KMA mengaktivasi seluruh jaringan baik yang berada di bawah kendali NU struktural maupun yang di bawah koordinasi kyai-kyai kultural yang tersebar di seluruh Indonesia," kata dia, saat dihubungi, Selasa (18/12/2018).
Hery menyatakan sudah waktunya mendayagunakan secara maksimal potensi KMA sebagai ulama besar yang beraliran moderat, yang memiliki visi kebangsaan Indonesia sebagai Darul Mitsaq atau Negara Kesepakatan antara berbagai elemen Bangsa.
Baca: Disebut Gunakan Pengaruh Politik untuk Lancarkan Bisnis Batubaranya, Ini Tanggapan Menteri Luhut
"Gagasan KMA tentang Arus Baru Ekonomi Indonesia yang meyakini konflik ekonomi yang bersumber dari kesenjangan ekonomi dapat diatasi dengan kerja sama antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil adalah gagasan brilian yang anti konflik. Apapun konflik yang terjadi harus diatasi dengan jalan dialog dan kerjasama," ujarnya.
Baca: Defisit Neraca Perdagangan RI Semakin Lebar, Sandi: Sri Mulyani Butuh Pemimpin Tegas Seperti Prabowo
Herey mengklaim, terpilihnya KMA sebagai cawapres adalah kepercayaan yang luar biasa dari Presiden Jokowi dan segenap jajarannya. Dan ini adalah sebuah pilihan tepat.
Kepercayaan ini sebenarnya bukan saja kepercayaan kepada figur KMA, tetapi juga kepercayaan kepada jam'iyyah NU.
Figur KMA yang sepuh diharapkan mampu mengayomi dan diterima semua faksi di tubuh NU, dari internal NU struktural sampai figur-figur NU Kultural.
Baca: Dua Pegawai Waskita Karya Main Proyek Fiktif, Diduga Terima Uang Haram Rp 186 Miliar
"Di samping itu, ketokohan KMA diharapkan mampu menjadi peredam serangan-serangan anti-Islam, anti-ulama, pro-komunis, pro-China yang dilancarkan lawan-lawan politik Jokowi dan Megawati," kata dia.
Dia menambahkan, KMA adalah figur ulama besar yang sudah malang melintang selama puluhan tahun di kancah nasional. Terakhir saat ditetapkan sebagai Cawapres, beliau adalah Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan Rois Aam Nahdlatul Ulama.
Ini merupakan bukti, KMA adalah figur ulama yang diakui di dalam dan di luar NU. Jaringan beliau tersebar di berbagai daerah.
Bahkan, selama beberapa bulan terakhir, KMA sangat intensif untuk mengunjungi berbagai jaringan pesantren dan organisasi-organisasi Islam di seluruh Indonesia sebagai bagian dari proses menggalang dukungan Jokowi.
"Dan langkah ini perlu dilanjutkan sebagai bagian dari program kampanye Tim Kampanye Nasional," tambahnya.