TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyebut, cawapres Ma'ruf Amin masih sulit memberikan tambahan elektabilitas kepada Jokowi.
Karyono bahkan mengatakan, Ma'ruf tak mampu mendongkrak suara di kalangan milenial. Sebabnya, publik masih melihat paslon dari aspek performa, terutama golongan dari milenial.
"Dari pemilih milenial itu kan sebagian besar kan melihat dari aspek 'performance', meski tidak semuanya dari mereka melihat dari aspek performa tetapi hampir semua melihat dari aspek 'performance'," kata Karyono Wibowo di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018).
"Untung saja Pak Jokowi banyak disukai kaum milenial, kalau tidak bisa menurun cukup drastis," tambahnya.
Karyono juga mengatakan, Ma'ruf Amin juga tak bisa menaikkan kontribusi elektabilitas kepada Jokowi secara signifikan.
Hal itu, kata Karyono, pemilih Jokowi pada basis massa Islam yakni Nahdlatul Ulama ( NU) sudah kuat.
Sehingga, figur Ma'ruf tak menambah suara dan hanya cenderung memperkuat suara.
"Jadi kalau berpasangan dengan Ma'ruf hanya meminimalisir isu-isu Islam yang diarahkan kepada Jokowi seperti kriminalisasi ulama, tidak pro Islam itu makin meredam meski saat ini masih ada. Fungsinya untuk menepis isu-isu SARA, kedua adalah menguatkanlah, mayoritas umat Islam pilih Jokowi," kata Karyono.
Meski begitu, dipilihnya Ma'ruf sebagai cawapres berhasil menjaga suara NU yang berada di basis partai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Jika saja Pak Jokowi tidak mengakomodir dari NU Ma'ruf Amin itu berisiko sangat besar karena apa? PKB dan PPP bisa keluar dari koalisi sehingga koalisi Jokowi tidak ada simbol partai Islam, sementara situasi dan kondisi jelas sekali gerakan politik identitas itu menguat," jelas Karyono.