News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat: Perang Program Antara Jokowi dan Prabowo Belum Terjadi

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Presiden Joko Widodo bersama Calon Presiden Prabowo Subianto saat berbincang disela sela rapat pleno penetapan nomor urut Capres dan Cawapres di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Jumat (21/9/2018). Jokowi dan Maruf Amin mendapatkan nomor urut 1 dan Probowo Sandi nomor urut 2. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga bulan masa kampanye pasangan calon presiden dalam Pilpres 2019 kedua kubu belum menunjukan program-program andalannya dalam memikat hati pemilih.

Baik kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga menilai dalam tiga bulan ini belum terlihat adanya perang program dari kedua kubu.

Pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha, mengatakan kubu Prabowo saat ini masih sibuk mengkritik pemerintahan Jokowi tetapi belum mampu menyodorkan solusinya.

Baca: Kubu Prabowo-Sandiaga Bentuk Satgas untuk Antisipasi Terjadinya Kecurangan Pemilu 2019

"Hal-hal yang disampaikan baik oleh Jokowi dan Prabowo masih belum terlihat muncul perang program," ujar Arlan Siddha kepada Tribunnews.com, Jumat (21/12/2018).

Jokowi dan Prabowo juga masih membangun basis suara di beberapa wilayah.
Karena itu, agenda yang terjadi masih sibuk dengan deklarasi relawan di daerah.

Akibatnya banyak masyarakat belum mengambil keputusan pilihan.

Baca: Mahfud MD Ungkap Kunci Sukses Sportifitas Berdemokrasi Ala Gus Dur

"Hemat saya perang program akan mulai muncul pada debat pertama di bulan Januari nanti," prediksinya.

Namun dia menilai, sangat rugi pasangan Prabowo-Sandi masih belum menyampaikan program-program unggulannya kepada publik, sebagai pembanding petahana di sepanjang 2018.

"Pada kampanye yang dibangun oleh Prabowo belum terlihat arah program Indonesia kedepan terutama program-program unggulan yang paling tidak bisa menjawab kekekurangan pemerintah sekarang," ujar Arlan Siddha.

Baca: Fokus Genjot Serapan Anggaran, Anies Baswedan Tunda Pengumuman Hasil Lelang Jabatan

Selain itu, dia melihat Prabowo juga acapkali mengutarakan pernyataan-pernyataan yang kemudian menjadi kontroversi.

Hal ini menurut dia, bisa menjadi bumerang, semisal tentang Indonesia bubar atau Indonesia punah.

Mesin partai politik koalisi Prabowo juga dinilai, masih belum solid.

Terbukti dengan banyak partai pengusung di tingkat daerah pindah haluan ke petahana.

Sedangkan untuk pasangan petahana, dia mengungkap, evaluasi meliputi program yang sudah dibuat Jokowi harus bisa tersosialisasi sampai tingkat akar rumput.

Baca: Hadiri Haul Gus Dur, Ganjar Pranowo: Semangat Beliau Begitu Terasa

Karena sejauh ini menurut dia, sosialisasi masif terhadap hasil kerja dan program-program pro rakyat Jokowi selama memerintah masih belum sampai ke masyarakat di desa-desa.

Meskipun partai pendukung sudah solid di beberapa daerah, namun dia menilai, mesin partai belum maksimal bergerak untuk mengampanyekan dan menepis isu hoaks yang ditujukan kepada Jokowi.

Selain itu menurut dia, Jokowi masih perlu ketegasan dalam penyampaian program karena banyak masyarakat yang belum tahu program mana yang sudah dikerjakan dan belum selama 4 tahun ini.

Lebih jauh ia juga memberikan rekomendasi untuk Jokowi dan Prabowo dalam merebut pemilih milenial yang belum terserap secara maksimal sepanjang 2018.

Dia berharap baik Jokowi maupun Prabowo benar-benar membikin strategi khusus untuk menarik perhatian pemilih milenial yang jumlahnya relatif banyak di Pilpres 2019.

Selain itu, elektabilitas Jokowi yang masih unggul dibanding Prabowo di beberapa wilayah, perlu menjadi perhatian khusus bagi pasangan nomor urut 02. Terutama pada mesin partai.

Sementara Jokowi, dia memberikan saran, jika ingin bertahan pada elektabilitas tinggi, perlu garapan serius terutama milenial.

"Harapan saya terakhir isu SARA sebisa mungkin bisa dicegah untuk dimainkan oleh kedua capres. Bagaimanapun isu tersebut sangat sensitif dan bisa memecah belah NKRI," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini