Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak terima disebut oleh Partai Golkar telah bikin gaduh dengan memberikan 'Kebohongan Award' ke pasangan calon presiden 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Juru Bicara PSI Dara Adinda Nasution mengatakan, PSI tak terima dengan pernyataan Ketua Umum DPP Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Roem Kono, yang kecewa dengan PSI.
Roem Kono yang merupakan politikus Partai Golkar itu menilai aksi PSI yang memberikan penghargaan Kebohongan Award, telah membuat gaduh.
Sebagai sesama partai koalisi di TKN, ucap Dara, mestinya Golkar menghargai independensi masing-masing anggota koalisi.
"Jangan saling menegasikan keberadaan satu sama lain. PSI sendiri tidak menganggap Golkar membuat gaduh dan mengganggu koalisi dan Pak Jokowi ketika beberapa pemimpin Golkar tersandung kasus korupsi," ujar Dara saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (6/1/2019).
Baca: Kader PAN Bima Arya Pose Satu Jari, Sandiaga Uno Bilang Itu Simbol Universal
Padahal, menurut Dara, korupsi jelas-jelas persoalan yang melanggar hukum dan menambah keburukan politik Indonesia.
"Kami menganggap kasus itu sebagai kasus hukum yang harus dijalankan dalam konteks negara hukum," kata Dara.
Roem Kono menyebut Kebohongan Award yang dikeluarkan PSI sebagai "cara yang salah dan PSI seolah menganggap demokrasi sebagai permainan".
Dara tak sependapat dengan pernyataan Roem Kono. Sebab, ucap Dara, 'Kebohongan Award' justru bertujuan mengembalikan marwah demokrasi yang terancam dengan penyebaran hoaks.
"Selain itu, Kebohongan Award adalah bentuk tanggung jawab PSI untuk mengedukasi publik agar tidak terjadi normalisasi hoaks. PSI memperingatkan publik soal bahaya tsunami hoaks," tutur Dara, yang juga Caleg DPR RI Dapil Sumatera Utara III.
Dara pun menyayangkan sikap Roem Kono, yang dinilai tak memiliki kreativitas dalam berkampanye. Menurut Dara, aksi PSI termasuk dalam kampanye nonviolent resistance.
"Yaitu sebuah upaya melakukan proses perubahan sosial melalui cara-cara simbolik tanpa kekerasan. Jangan karena kaget dengan bentuk kampanye baru, lalu melabelinya sebagai kegaduhan," sambung Dara.