News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Unsur Kejut Dalam Debat Capres-Cawapres Hilang

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ray Rangkuti

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerhati Pemilu, Ray Rangkuti tidak melihat perubahan signifikan dalam format debat Calon presiden dan wakil presiden 2019.

Meskipun ada kisi-kisi pertanyaan diberikan kepada Pasangan calon, menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) ini, itu hanya dilakukan dalam sesi pertama tidak di dalam semua sesi.

"Sebenarnya tidak terlalu banyak yang berubah drastis," ujar Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Selasa (8/1/2019).

Hanya saja memang ada semacam keterkejutan bahwa debat ini tidak menggunakan pola langsung.

Dalam pola langsung, dia melihat, unsur keterkejutan menjadi sesuatu yang membuat para pemilih lebih tertarik untuk menyimak debat yang akan dilaksanakan.

Dan hal ini juga bisa membuat debat berlangsung dengan tak terduga.

"Unsur menimbulkan keterkejutan inilah yang dirasa sekarang hilang," ujar Ray Rangkuti.

Tentu saja, imbuh dia, ini bukan sesuatu yang substansial.

Sekalipun bisa dinyatakan beberapa kelebihan dari unsur pertanyaan kejut ini. Salah satunya adalah melihat kesiapan para capres untuk memberi jawaban secara tepat atas pertanyaan yang tak terduga itu.

Yang lain menurut dia, untuk mendapatkan data yang dimiliki oleh pasangan capres untuk diuji otentisitas nya.

"Justru dalam poin ini akan terlihat apakah para capres menggunakan data-data yang shahih atau data-data yang terlalu digelembungkan," jelas Ray Rangkuti.

Untuk point kedua ini, dia menilai, memang sangat menarik melihat apakah selama ini misalnya data yang diungkap oleh para capres dapat dipertahankan kebenarannya di dalam debat.

Sebut saja misalnya, ia mencontohkan, soal isu rumah sakit yang menggunakan selang berulang-ulang atau harga pokok yang dinyatakan meningkat selama beberapa tahun terakhir.

"Dengan begitu akan terlihat apakah memang data yang mereka pergunakan merupakan data yang sahih atau sudah ada unsur penggelembungan di dalamnya," jelasnya.

Baca: Terungkap, PT Isargas Beri Uang Rp 250 Juta untuk Eni Saragih

Karena itu, menurut dia, unsur keterkejutan seperti ini terkadang menjadi penting. Sehingga pemilih juga dapat menilai apakah calon presiden yang bersangkutan memiliki kejujuran di dalam menilai sesuatu.atau hanya sekedar memainkan data-data untuk kepentingan pemenangan pilpres.

"Oleh karena itu menjadikan debat dengan pertanyaan terlebih dahulu disampaikan kepada para kandidat maka unsur kejut dan unsur melihat data yang shahih atau digelembungkan bisa saja hilang. Dalam hal ini pemilih juga berpotensi untuk dirugikan," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini