TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Debat perdana di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 telah berlangsung Kamis (17/1/2019) malam lalu.
Meski publik harus menyaksikan kembali pertarungan dua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, namun ternyata ada hal yang mengejutkan dalam debat perdana tersebut.
Dua pasangan calon saling serang hingga muncul perdebatan sengit antar keduanya.
Meski demikian, dalam debat yang mengusung tema Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme ini, kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden sempat melenceng saat menjawab pertanyaan terkait visi dan misi.
Mereka pun kedapatan mengutip kesalahan data, misalnya pernyataan tentang Partai Gerindra yang mengusung banyak caleg mantan napi koruptor yang dilontarkan Joko Widodo.
Padahal berdasarkan data terakhir, hanya M Taufik, caleg mantan napi koruptor yang tercatat di Partai Gerindra yang disetujui oleh Prabowo Subianto untuk melaju pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 mendatang.
Prabowo Subianto juga sempat mengutip kesalahan data.
Kala itu ia menyebut gaji gubernur di Indonesia yang rendah, dengan contoh luas Provinsi Jawa Tengah yang lebih kecil dari Malaysia.
Debat presiden berdasarkan survei di perhelatan Pilpres 2014 lalu memiliki peranan penting dalam perpindahan suara pemilih.
Data Litbang Kompas menulis ada perpindahan 5 sampai 6 persen suara pasca debat usai.
Lantas bagaimanakah suara pemilih usai melihat debat perdana Kamis lalu?
Bagaimana pula potret suara di media sosial yang berpengaruh pada suara pemilih pada debat perdana ini?
Jurnalis KompasTV Aiman Witjaksono mencari jawaban atas pertanyaan ini dengan mewawancarai mendalam sejumlah warga.
Bagaimana jawaban mereka?
Saksikan program AIMAN dalam episode "Pindah Suara Pasca Debat" yang akan tayang pada Senin 21 Januari 2019 pukul 20.00 WIB di KompasTV. (Chandra Kriftaningtyas/KompasTV)
>