TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam pidato kebangsaan, Prabowo Subianto tidak menyangka kaum intelektual seakan tutup mata terhadap keadaan negeri saat ini. Menurutnya ada banyak kaum intelek menoleh bahkan terkesan abai.
Hal itu disampaikan di hadapan ribuan pasang mata saat deklarasi dukungan dari Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (APTSI) di Padepokan Pencak Silat, Jakarta, Sabtu (26/1/2019).
"Terus terang beberapa hari terakhir saya khawatir dengan kaum intelektual (orang-orang berilmu) diam di tengah pendzoliman rakyat, di tengah kemiskinan rakyat, diam di tengah diserahkannya kedaualtan rakyat kepada bangsa lain," Prabowo bernada gusar.
Bakal calon presiden nomor 2 ini bercerita pengalamannya saat masih menjadi tentara aktif.
Ia mengaku kerap bersentuhan langsung dengan masyarakat tingkat dasar, keadaan ini dianggap tak wajar karena kaum intelektual dirasanya amat tidak peka.
Baca: Empat Anggota OPM Menyatakan Kembali ke NKRI
"Belasan tahun saya keliling. Karena saya memang seorang prajurit. Banyak orang tidak sadar tentara kalau orang susah kami yang pertama merasakan," ucap Prabowo.
Pendiri Partai Gerindra itu mengatakan pendidikannya sebagai tentara membuat ia sangat paham pentingnya pangan bagi kedaulatan dan kemerdekaan.
"Makanya saya bingung banyak kaum interlektual dan pakar kita diem melihat ekonomi yang bagaimanapun sudah susah payah dibangun oleh Pak Soekarno dan Pak Soeharto."
"Sekarang petani menangis karena impor semakin banyak."
Sebanyak 115 universitas, institut, dan sekolah tinggi memberikan dukungan untuk paslon Prabowo Subianto- Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Dalam isi pidatonya, Prabowo juga mengkritik soal impor pangan, angka kemiskinan, utang negara.
Tampak hadir sejumlah tokoh politisi Partai Gerindra, Ferry Mursidan Baldan, Amien Rais, Rocky Gerung, Ichanuddin Noorsy, Mantan Menpora Adhyaksa Dault, Ibunda Sandiaga Uno Mien Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Rahmawati Soekarnoputri, dan Titiek Soeharto.