Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar rapat pleno ke-34 di kantor MUI, Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (30/1/2019).
Dalam rapat dibahas agenda terkait demokrasi, pemilu dan Pilpres 2019 yang dihadiri pimpinan organisasi masyarakat (ormas) islam dari seluruh Indonesia.
Berikut 8 poin sikap Wantim MUI jelang pemilu yang dibacakan Wakil Ketua Dewan pertimbangan MUI Didin Hafidhuddin.
Baca: BPN Prabowo-Sandi Jadikan Suvei LSI Sebagai Bahan Evaluasi untuk Hadapi Debat Pilpres Berikutnya
Pertama, Wantim MUI merasa prihatin luar biasa terhadap kondisi kebangsaan dan keumatan yang cenderung terlihat ada fenomena dan gejala perpecahan.
"Kita harapkan dan kita berharap betul bahwa perselisihan perpecahan tidak menyebakan pertentangan, yang akan menyebabkan kelemahan dari umat dan bangsa," kata Didin
Kedua, Wantim MUI menyerukan, pada bangsa dan pimpinan serta para tokoh untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan.
Baca: Jembatan Gantung di Bekasi Berubah Nama Menjadi Jembatan Jokowi
Pilpres merupakan alat, sarana dan tidak boleh menimbulkan kehancuran sebuah bangsa.
Pilpres adalah alat untuk membuat bangsa ini beradab, berkeadaban didalam memimpin, mencari pemimpin terbaik.
Ketiga, umat islam diharapkan untuk terus menguatkan persatuan dan kesatuan walau mungkin terjadi perbedaan pilihan.
Seharusnya perbedaan-perbedan pilihan tidak boleh menyebabkan rusaknya ukhwah islamiyah.
Ukhuwah islamiyah adalah sebuah sebuah keniscayaan sekaligus sebuah kebutuhan dan sebuah keharusan tidak boleh terganguu hanya oleh karena pesta demokrasi yang diselengarakan 5 tahun sekali.
Keempat, Wantim MUI menyerukan kepada para ulama, zuama untuk tidak mengumbar pernyataan-pernyataan yang mengundang konflik dan pertentangan.
Baca: Polisi Ungkap Alasan Baru Minta Klarifikasi Rocky Gerung Soal Pernyataan Kitab Suci Adalah Fiksi
Peryataan-pernyataan yang saking semangatnya mengajak kepada kelompoknya, kepada golongannya, kepada paslonnya dengan pernyataan-pernyataan yang irasional dan pernyataan-pernyataan yang menyebabkan terjadinya masalah di kemudian hari dengan tanggapan-tanggapan yang beragam.
Kelima, Wantim MUI menempatkan MUI sebagai rumah besar bersama, rumah besar umat dari manapun dari berbagai macam kelompok manapun dan menjadi teman dari penguasa tetapi dalam bagian untuk memberikan amar maruf nahi mungkar terhadap kondisi yang ada.
Keenam, Wantim MUI mempersilahkan umat Islam untuk memiliki literasi dalam bidang politik, untuk dapat menentukan pilihan yang terbaik berdasarkan literasi politiknya.
"Kita berharap bahwa yang menjadi pegangan dari memilih pilpres ini adalah sebuah hadis nabi yang menyatakan barang siapa yang tidak punya kepedulian kepada persoalan persoalan umat islam maka mereka bukan dari kaum muslimin," tutur Didin.
"Jadi kita berharap umat memilih dengan cerdas bahwa kepentingan umat diatas segala-segalanya," sambungnya.
Ketujuh, Wantim MUI berharap, kepada pemangku amanah penyelengara pemilu 2019, untuk netral dan berkeadilan.
Sehingga, demokrasi dapat berjalan dengan baik, dengan lancar dengan aman dan tertib.
Sebagai wasit dan penyelenggara tidak boleh menjadi pemain karena itu dirasakan ketidakadilan yang luar biasa demikian juga kepada lembaga hukum dan Polri untuk terus menjaga kutuhan bangsa untuk terus mejaga keutuhan bangsa kemanan dengan sebaik-baiknya juga bersifat adil bersifat netral kemudian tidak berpihak kepada pihak manapun juga.
Kedelapan, umat islam memiliki kekuatan yang sangat dahsyat yakni doa, sehingga doa dikatakan silahulmukmin jadi diharapkan kepada pemimpin umat, kepada tokoh-tokoh para pendukung, kiai, para ulama, dan juga umat secara menyeluruh baik pada waktu bangun malam melaksanakan salat.
"Berdoa memohon kepada Allah agar dilahirkan pemimpin yang amanah pemimpin yang gerbaik pemimpin yang cerdas pemimpin yang jujur yang membahas kepada kemaslahatan dunia dan akhirat," ungkap Didin.