Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin menegaskan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kembali menggunakan kasus propaganda Rusia sebagai drama beberapa babak.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kyai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily mengatakan babak pertama mencoba membenturkan Jokowi dengan Pemerintah Rusia.
"Caranya dengan menghadap-hadapkan pernyataan Pak Jokowi dengan reaksi Kedubes Rusia. Narasi yang dimainkan adalah Pak Jokowi diserang tidak paham tata krama diplomatik dan sebagainya," ujar Ace kepada Tribunnews.com, Senin (4/2/2019).
Baca: Kasus Pelecehan Seksual Mahasiswa UGM, Rektor Nyatakan HS dan AN Telah Teken Kesepakatan Damai
Padahal sudah jelas dalam pernyataannya, Jokowi tidak mengasosiasikan dengan Rusia sebagai Negara.
Tapi sebagai istilah dan refrensi akademik sebagaiaman yang ditulis Christopher Paul dan Miriam Matthews dalam artikel yang berjudul The Rusdian Firehose of Falsehood yang terbit tahun 2016 yang lalu.
"Penggunaan methode Rusia tidak ada hubungan dengan pemerintah dan Negara Rusia. Kalau pun ada indikasi penggunaan methode ini juga yang melibatkan konsultan-konsultan asing asal Rusia. Jelas tidak berhubungan dengan pemerintah Rusia," kata Ace.
Baca: Maruf Amin Kembali Sindir Soal Indonesia Bubar 2030 di Hadapan Warga NU di Kendal
Terkait dengan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Rusia imbuh Ace, selama ini berjalan dengan baik.
Hubungan persahabatan Indonesia dan Rusia justru semakin erat di era Jokowi.
Bahkan terakhir pada 14 November 2018, ketika KTT ASEAN 33, Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Putin di Singapura untuk peningkatan kerjasama ekonomi dua negara.
Babak kedua dari drama Rusia yang dimainkan BPN Prabowo-Sandi , lanjut Ace menjelaskan drama Bojongkoneng.
Drama Bojongkoneng menurut dia, memainkan narasi serba lokal baik strategi lokal maupun konsultan lokal.
Baca: Maruf Amin Kembali Sindir Soal Indonesia Bubar 2030 di Hadapan Warga NU di Kendal
"Di era keterbukaan seperti saat ini, sangat mudah untuk melihat jejak dari penggunaan strategi Firehose of Falsehood. Strategi ini jelas menjiplak dari strategi kampanye Donald Trump dan Bolsonaro," jelas Ace.
"Melihat kemiripan strategi maka sulit untuk percaya itu strategi lokal ala Bojongkoneng. Dan dilihat dari cara memainkan emosi maka bisa diindikasi juga bahwa ada penetrasi teknologi dan juga penggunaan Big Data yang disuplai dari konsultan asing," katanya.