News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Soal Puisi 'Doa yang Ditukar', Yenny Wahid Nilai Justru Rugikan Fadli Zon

Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid usai menyambangi kediaman Cawapres nomor urut 01 Maruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (12/2/2019)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid menanggapi puisi Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandi, Fadli Zon berjudul "Doa yang Ditukar" yang belakangan menuai protes dari sejumlah organisasi masyarakat Islam dan santri karena dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

Yenny Wahid mengingatkan agar semua tokoh publik, termasuk Fadli Zon lebih menjaga kata-kata, pendapat, dan ekspresinya.

Baca: Sebut Tak Ada Kaitan dengan Mbah Moen, Fadli Zon Tak Akan Minta Maaf Soal Puisi Doa yang Ditukar

Itu karena menurutnya sebagai seorang tokoh publik, apapun yang diungkapkan oleh tokoh publik berpotensi disalahtafsirkan oleh masyarakat.

Karena itu, baik dari puisi maupun sikap Fadli Zon yang tidak mau meminta maaf justru merugikan dirinya sendiri.

"Sebetulnya ya, agak merugikan beliau (Fadli Zon) sendiri kalau beliau mengambil sikap yang terlalu defensif. Mungkin kalau lebih lentur, apapun publik masih menjunjung etika," kata Yenny usai menyambangi kediaman Cawapres nomor urut 01 Maruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (12/2/2019).

Yenny Wahid menilai, apapun maksud dari Fadli Zon dari puisi tersebut, publik sudah terlanjur berkesimpulan bahwa puisi yang dibuat Fadli ditujukan kepada Mbah Moen.

Baca: Kritik Fadli Zon terhadap Era Pemerintahan Jokowi

Yenny Wahid kembali mengingatkan bahwa Mbah Moen adalah ulama besar yang perlu dihormati.

"Walaupun tidak dikatakan secara langsung tetapi opini publik memang berkesimpulan puisi itu ditujukan kepada Mbah Maimoen. Nah Mbah Maimoen ini ulama besar. Kalau sudah ulama besar, maka ada adab yang harus dijaga ketika berinteraksi dengan beliau. Kalau kemudian publik menganggap yang dilakukan adalah sebuah tindakan suul adab (etika buruk) pasti akan ada konsekuensi," kata Yenny.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini