Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KPU RI mempertimbangkan opsi mengurangi atau menghilangkan pendukung dalam penyelenggaraan debat capres.
Pasalnya dalam penyelenggaraannya kemarin, dua kubu relawan saling meneriakkan yel-yel yang memecah konsentrasi calon presiden dan penonton di layar kaca.
"Itu jadi masukan penting bagi kami dan akan kami evaluasi, pilihannya dua, jumlahnya dikurangi atau tidak sama sekali," kata Komisioner KPU RI Viryan Aziz di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2019).
Pasalnya KPU menimbang bila kehadiran para relawan di dalam ruang debat malah mengganggu kondusifitas paslon menyampaikan visi-misi mereka, maka opsi tersebut akan dipertimbangkan dan diterapkan pada pelaksanaan debat ketiga nanti.
Lebih lanjut pihak KPU RI setidaknya akan mengurangi undangan kepada relawan menjadi 50 orang saja, jika opsi menghilangkan kehadiran relawan tidak mendapat persetujuan kedua kubu Pilpres.
Baca: Persija Jakarta vs PS Tira Persikabo: Inilah Harga Tiketnya
"Ini kan kesempatan langkah setiap detik bermakna sehingga hal-hal seperti itu tak akan terulang, jadi catatan penting dari debat kedua terkait dengan para pendukung hadir," ungkapnya.
Semestinya para relawan sadar euforia yang mereka tunjukkan secara berlebihan berdampak pada adanya distorsi yang berpengaruh terhadap performa para kandidat capres mengutarakan gagasannya. Sementara publik yang menyimak pun turut terganggu oleh kebisingan itu.
"Mestinya sadar itu mengganggu calon mereka. Yang jelas akan dikurangi sampai berapa, ada yang nyebut angka 50 bahkan ada masukan nggak usah lagi ada fans, kan ada nobar," pungkasnya.
Diketahui, dalam debat kedua capres di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Minggu (17/2) malam, para relawan yang hadir di dalam ruangan tak jarang mengeluarkan yel-yel mereka ketika capres yang didukung menjelaskan gagasannya.
Bahkan, dua moderator yang mengatur lalu lintas debat sibuk mengingatkan para relawan agar tetap tenang.