Laporan Wartawan TribunSolo.com, Asep Abdullah Rowi
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Di balik proses pembuatan batik motif dua jari dari Solo, ada sejumlah perajin yang selama puluhan tahun setia 'mengukir' kain menggunakan canting.
Di antaranya Pardjini (64) dan Sujinah (70), yang memiliki tugas khusus untuk ngesik (menutup pola dengan cairan malam) hingga mbironi (memberi warna) menggunakan canting di Batik Putra Laweyan, Kampung Batik Laweyan, Kecamatan Laweyan, Solo, Jumat (8/3/2019).
Bagi Mbah Pardji sapaan akrab Supardji, motif batik dua jari yang terinspirasi oleh Sandiaga S Uno berisi simbol jari, trumtum dan cecek itu, tidak lebih sulit dibandingkan motif umumnya.
"Kalau hanya ngesik dan mbironi di motif batik dua jari, tidak begitu sulit," jelas dia.
"Kalau batik pada umumnya yang murni motif truntum misalnya, bisa lebih lama beberapa jam satu lembarnya," ucapnya menegaskan.
Tetapi warga Kelurahan Pajang yang sudah 20 tahun bekerja di rumah produksi milik Gunawan Muhammad Nizar itu, berhati-hati dalam membatik batik khas tersebut.
"Harus hati-hati, karena kan memang pesanan terbatas," terang dia.
Begitu juga dengan Mbah Sujinah.
Perempuan yang sudah 40 tahun meliuk-liukkan canting juga mengaku hati-hati dalam membatik kain yang sebelumnya sudah dipola dengan cetakan olah perajin lain.