TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perolehan suara pasangan Jokowi-Ma'ruf berdasarkan survei Litbang Kompas beberapa waktu masih mengungguli pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019.
Lantas bagaimana menjelang pencoblosan pada 17 April 2019, apakah dapat berubah secara signifikan?
Peneliti Litbang Kompas Toto Suryaningtyas menyampaikan, setelah dikeluarkannya survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 22 Februari 2019 sampai 5 Maret 2019, terlihat kedua kubu memanfaatkan hasil survei ini untuk berbuat lebih dalam meraup suara.
Hal tersebut terlihat dari pidato capres nomor 01 Jokowi saat di Yogyakarta sudah mengalami perubahan, dimana telah mengajak simpatisannya untuk memenangkan Pilpres 2019.
"Kubu 02 saya rasa juga pasti segitu memanfaatkan, artinya hasil survei kami bisa mendinamisasi kedua kubu. Tapi, kalau keduanya sangat kuat dalam membangun soliditas di kubu masing-masing, artinya ada idol," kata Toto di Jakarta, Senin (25/3/2019).
Baca: Survei Charta Politika: Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Jokowi-JK Mencapai 65,9 Persen
Sementara untuk memperebutkan suara dari undecided voters atau orang yang belum menentukan pilihan hingga ke tempat pemungutan suara (TPS), sebesar 13 persen oleh kedua kubu, maka hasilnya diperkirakan tidak berbeda jauh dari hasil survei yang dikeluarkan beberapa waktu lalu.
"Ini kalau diperebutkan (undecided voters) kedua kubu secara berimbang posisinya enggak jauh dari angka sekarang (survei Litbang Kompas). Jadi kalau ditanya bagaimana pergerakan angka ini sampai tanggal 17 April, maka penjelasannya semacam itu," tutur Toto.
Sebelumnya Litbang Kompas, merilis hasil survei yang dilakukan pada 22 Februari 2019-5 Maret 2019.
Hasilnya elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno, semakin tipis.
Elektabilitas Jokowi - Ma'ruf berada di angka 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Adapun, 13,4 persen responden menyatakan rahasia.