Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sektor ideologi, keamanan, dan hubungan internasional menuai kritik.
Sebab, tak berpihak pada kepentingan nasional.
Kebijakan jaminan dan bantuan sosial justru kontradiksi dengan Pancasila.
"Bahkan, mengabaikan amanat konstitusi UUD 1945," ujar pengamat ekonomi politik, Kusfiardi, di Jakarta, Minggu (31/3/2019).
Soal bidang keamanan, menurut Co Founder FINE Institute ini, hanya sebatas tenteram dari kriminalitas.
"Padahal, ancaman keamanan datang dari banyak penjuru," katanya.
Dirinya memberikan contoh dengan kegagalan menjaga keamanan pangan nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Masalah itu dientaskan dengan "jurus impor".
Langkah tersebut mengancam petani dan ketahanan pangan.
Rezim petahana juga cenderung membiarkan ratifikasi perjanjian internasional yang acuh terhadap aspek penting, resiprokal. Ratifikasi Asean Framework Agreement on Services (AFAS), misalnya.
Baca: Debat Keempat Pilpres 2019, Nama Dilan Disebut Jokowi saat Sampaikan Visi Misi
Langkah menyebabkan sektor keuangan nasional terbuka. Pun sejalan dengan liberalisasi keuangan global.
"Ini memperluas perusahaan keuangan global untuk beroperasi di Indonesia," katanya.
Kusfiardi menambahkan, pengesahan dokumen perjanjian antarnegara tersebut memengaruhi peran sektor keuangan dalam kepentingan ekonomi bangsa.
Imbasnya, neraca keuangan tekor.
"Dari neraca pembayaran sampai neraca perdagangan. Rentetan kegagalan petahana ini, harusnya bisa dijawab oleh pasangan capres dan cawapres penantang," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga Uno, Priyo Budi Santoso merasa gembira karena Prabowo Subianto telah tunjukkan kelasnya sebagai pemimpin kelas dunia.
Katanya, hari ini publik seperti tersihir dengan substansi debat yang berbeda bagai bumi dan langit. Meski begitu jalannya debat tetap bersahabat.
Baca: Di Sela Nobar Debat Keempat Capres, Prabowo - Sandiaga Uno Dapat Dukungan Dari Ojol
"Debat hari ini betul-betul gembira, pak Prabowo telah menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin negara besar seperti Indonesia. Malam ini publik tersihir terhadap suasana substansi debat," kata Priyo ditemui usai hadir dalam debat keempat di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3/2019) malam.
Menurutnya, Prabowo menang telak dari Jokowi terkait tema yang diusung malam ini.
"Saya boleh katakan 10-0 untuk kali ini," ujar dia.
Dia merasa senang di akhir forum adu gagasan tersebut, kedua calon pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan ini mengakhirinya dengan berpelukan.
Prabowo memandang alat yang penting dalam diplomasi, pemerintahan dan pertahanan sejatinya harus kedepankan kepentingan inti nasional.
Pelabuhan, lapangan udara adalah alat vital yang seharusnya tidak boleh dimiliki asing.
Tapi Jokowi menganggap dalam perdagangan bisnis, itu adalah hal biasa.
Baca: TKN Nilai Jokowi Unggul dari Prabowo dalam Debat Keempat, Tapi Imbang soal Visi Misi
"Senang sekali dua pemimpin berpelukan, meskipun tadi ada mahzab yang berbeda antara dua sosok pemimpin mengenai visi besar," katanya.
"Kalau Prabowo jadi pemimpin dipastikan akan dinasionalisasi untuk proyek strategis yang tidak harus melibatkan asing," pungkas Priyo.