Prabowo Sehat Walafiat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno membantah kabar Prabowo Subianto dalam kondisi sakit. Sebaliknya, Prabowo Subianto justru berada dalam kondisi sehat.
Sempat beredar kabar Prabowo Subianto mengalami sakit stroke.
Sebelumnya, pada Kamis (4/4/2019) Prabowo tidak menghadiri kampanyenya di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Hashim Djojohadikusumo, adiknya, menyebut Prabowo tidak hadir karena sakit.
Baca: Prabowo: Kebocoran Anggaran Saya Hitung Rp 1.000 Triliun, Bukan Dibantah Tapi Dihina
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Andre Rosiade kemudian membantah Prabowo sakit. Menurut Andre Prabowo hanya butuh istirahat.
"Keadaan Beliau sehat, jadi banyak mempertanyakan apakah Beliau sakit. Sehat, Alhamdulillah," ujar Sandiaga di Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (5/4/2019).
Sandiaga mengakui pasangannya tersebut sempat mengambil jeda di masa kampanye untuk beristirahat, namun bukan karena sakit.
Sebelum tidak menghadiri kampanye di Pangkalpinang, Prabowo batal menghadiri acara Konsolidasi Nasional Anggota DPR-DPRD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (30/1). Saat itu, Prabowo mengaku sakit.
Di tengah rumor kesehatan dirinya, Calon Presiden nomor urut 02 menghadiri acara Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia (Geraaak Indonesia) di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (5/4/2019) malam.
Prabowo hadir mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam.
Prabowo tiba pukul 19.48 WIB. Turun dari kendaraan SUV hitamnya, Prabowo langsung disambut puluhan emak-emak yang telah menunggunya sejak siang.
Dalam kesempatan tersebut Prabowo mendapatkan dukungan dari gerakan rektor dan akademisi dalam pencalonan Presiden 2019.
"Saya Muhamad Budi Djatmiko, memproklamasikan, mendeklarasikan, Geraaak mendukung Prabowo dan Sandi sebagai Capres dan Cawapres," ujar Ketua Geraaak.
Baca: Prabowo: Kita Harus Menang dengan Selisih di Atas 25 Persen
Dalam kesempatan tersebut Geraaak meminta kepada Prabowo untuk meningkatkan anggaran pendidikan bagi perguruan tinggi swasta.
Saat ini, menurutnya, perguruan tinggi swasta hanya memperoleh 7,5 persen dari keseluruhan anggaran pendidikan untuk perguruan tinggi.
Hal itu menurutnya tidak adil karena jumlah perguruan tinggi swasta 93 persen dan negeri hanya tujuh persen.
"Sementara indikator pengukuran perguruan tinggi dan swasta sama," tuturnya.
Tidak hanya itu, Budi meminta kepada Prabowo untuk memberikan kebebasan bagi perguruan tinggi swasta dalam mengelola pendidikan.
Saat ini kontrol pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta sangat ketat.
"Harusnya sedikit longgar, hanya memantau kualitas pendidikan," katanya. (Tribun Network/fik/kps).