Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok alumni-alumni Oxford yang tergabung dalam The University of Oxford Society of Indonesia bekerja sama dengan Bimasena The Mines and Energy Society dan Daya Dimensi Group menggelar debat terbuka dengan tema "Anti Korupsi" di Graha Bimasena, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2019) malam.
Debat terbuka ini menampilkan dua kubu dari masing-masing kubu pendukung pasangan calon presiden yang sedang berkontestasi pada Pilpres 2019 dalam pandangannya memerangi korupsi.
TKN dan BPN sama-sama diwakili oleh empat orang.
TKN diwakili oleh Budiman Sudjatmiko yang berkolaborasi dengan Rio Haminoto, Agus P Sari dan Dini S Purwono.
Sementara itu, BPN diwakili oleh Sudirman Said, Dirgayuza Setiawan, Bambang Widjojanto dan Ledia Hanifa.
Mekanisme debat tidak seperti debat capres-cawapres yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
President The University of Oxford Society of Indonesia, Rio Yovian Haminoto mengatakan debat yang diselenggarakan pihaknya menggunakan gaya Oxford.
"Memang menggunakan Oxford Union Style," ujar Rio ditemui setelah acara selesai.
Para perwakilan diberi waktu untuk bicara selama sekitar 7 menit.
Dengan begitu, 8 orang diberikan waktu 7 menit untuk bicara secara bergantian.
Mereka bebas mengutarakan pemikirannya namun harus sesuai dengan tema yang telah ditentukan, yakni anti korupsi.
Masing-masing peserta debat boleh mengajukan interupsi pada satu menit terakhir.
Namun, pihak yang sedang berbicara memiliki hak untuk menolak memberikan waktu bicara kepada lawan yang menginterupsi. Semacam diskresi yang dimiliki pembicara.
"Mau enggak diinterupsi. Kalau mau, dikasih setengah menit," ucap Rio Yovian Haminoto.
Dalam debat tersebut, TKN dinobatkan sebagai pemenang oleh dewan juri.
Baca: Alami Kejadian Tak Wajar Sebelum Akunnya Diretas, Ferdinand: Jika Benar Dia, Saya Cabuti Kukunya
Rio Yovian Haminoto mengatakan kemenangan TKN didasari oleh penilaian para dewan juri.
Indikatornya antara lain substansi, lalu cara masing-masing tim mengartikulasikan pemikirannya, dan merespons perdebatan.
"Jadi sama sekali bukan didasari pilihan politik. Lebih ke teknik debat," ungkap Rio.
Rio Yovian Haminoto pun mengaku senang. Dia mengaku acara berjalan di luar ekspektasi.
Misalnya, Rio Yovian Haminoto menargetkan tamu yang hadir hanya 70 sampai 80 orang.
Kenyataannya, ruangan debat dipenuhi oleh sekira 208 orang dan 20 orang di antaranya merupakan siswa SMA.
"Saya sangat tersentuh karena yang kita undang, dari tim capres 01 dan 02 sangat bersemangat," tutur Rio.
Rio Yovian Haminoto berharap debat serupa dapat diadakan kembali dalam rangka menularkan budaya debat ala Oxford untuk memajukan Indonesia.
"Kita ingin berusaha untuk memasarkan sebuah tradisi di mana kalau ada perbedaan pemikiran tentu kita bisa menang. Bisa selalu bersama dan juga membawa perbedaan itu untuk kebaikan negara kita," kata Rio Yovian Haminoto.
Sebagai informasi, dewan juri terdiri dari berbagai kalangan akademisi.
Mereka adalah mantan menteri pertambangan dan energi dan mantan Sekjen OPEC Subroto, CEO Daya Dimensi Global Andi Wibisono, CEO Daya Dimensi Indonesia Yuri Yogaswara, pendiri Linda Widyawati & Pusponegoro Lawfirm Arisia Pusponegoro, lalu peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama Langkun.