TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai keunggulan kubu petahana dalam beberapa survei terakhir dipengaruhi oleh perubahan dari basis pendukung kedua kubu.
Yunarto menilai Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kecolongan di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Jawa Timur, kubu petahana mampu meraup 61,3 persen berbanding 34,1 persen di kubu Prabowo-Sandi.
Sementara di Jawa Barat, Jokowi-Ma'ruf memiliki suara sebesar 48,4 persen dan Prabowo-Sandi sebesar 44,4 persen. Meski tak berbeda jauh, namun Jokowi mampu meningkatkan suara pemilihnya cukup jauh di Jawa Barat dibandingkan pada Pilpres 2014 silam.
"Prabowo kecolongan di Jawa Barat dan Jawa Timur, sehingga Jokowi berhasil menguasai suara Jawa dengan selisih yang cukup jauh," ujar Yunarto, di Kantor Charta Politika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (13/4/2019).
Jokowi-Ma'ruf sendiri diprediksi meraup suara telak di Jawa Tengah & DIY, Sulawesi, Bali, NTB & NTT, serta Maluku & Papua. Sementara Prabowo-Sandi diklaim akan memenangkan pertarungan di Sumatera, DKI Jakarta & Banten.
Baca: Orasi Sekjen PDIP: Rakyat Perlu Pemimpin yang Mau Kerja Bukan yang Gebrak-gebrak Meja
Akan tetapi Yunarto juga menyoroti wilayah Kalimantan yang belum bisa diklaim dimenangkan oleh salah satu kubu. Karena masih adanya swing voters dan selisih suara yang sangat kecil. Jokowi-Ma'ruf sebesar 48,8 persen dengan Prabowo-Sandi sebesar 48,0 persen.
Lebih lanjut, ia menilai Prabowo kecolongan karena basis pemilih terbanyak Indonesia berada di Pulau Jawa. Sehingga meski kubu petahana mengalami penurunan suara di Sumatera dan Sulawesi mampu tetap unggul dari pesaingnya.
"Suara Jokowi memang menurun di Sumatera dan Sulawesi, tetapi tetap unggul dan selisinya masih jauh karena faktor suara di Jawa," pungkasnya.