Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) sempat terlibat kesalahpahaman saat akan meberikan hak suaranya di KJRI Osaka, Jepang, Minggu (14/4/2019) sekira pukul 16:30 waktu Jepang.
BTP atau Ahok kesal kepada seorang saksi pasangan calon nomor urut 02 dan menyebutnya sebagai oknum.
BTP pun sempat marah kepada yang bersangkutan.
Saksi pasangan calon nomor urut 01, Vera Kurniawati menjelaskan bila peristiwa tersebut dipicu kesalahpahaman.
Baca: Kasus Siswi SMP Dikeroyok 12 Siswi SMA Viral, Putri Ahok Sarankan Berhenti Memaki & Membenci Pelaku
“Jadi pak Ahok awalnya sudah mengantri, kemudian karena banyak yang minta foto akhirnya pak Ahok keluar, tempat mengantrinya di gantikan sementara sama temennya,” kata Vera bercerita kepada tribunnnews.com, Minggu (14/3/2019).
Sebelumnya para petugas dalam hal ini saksi sudah bersepakat untuk memberikan sisa surat suara kepada orang yang sudah mengantri.
“Tapi karena saksi dari paslon 02 tidak tahu kalau Pak Ahok sudah mengantri, sedikit ada kesalahpahaman,” ujarnya.
Baca: Basuki BTP Mencoblos di Osaka Jepang, Mengaku Nyaris Dikerjai Oknum Penyelenggara Pemilu
Ahok pun menjelaskan bila dirinya sudah mendaftar sejak Februari 2019 dan sudah melepas hak pilihnya di Indonesia.
“Dia menjelaskan, kalau sisa suara di berikan kepada yang sudah mengantri, orang yang sudah melepaskan hak suara akan kehilangan hak suaranya di Jepang, maupun di Indonesia,”
katanya.
Vera menegaskan bila kericuhan tersebut murni akibat kesalahpahaman.
“Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan baik, walau ada sedikit kericuhan, karena banyak sekali yang tidak mendaftarkan diri. Terapi karena melihat temannya mencoblos, akhirnya mau ikutan coblos,”
katanya.
Vera berharap peristiwa tersebut menjadi pembelajaran buat masyarakat Indonesia yang menetap di Jepang.
Baca: BTP Luncurkan Video Alasan Pilih PDIP, Bukan Partai Baru
WNI yang berada di Jepang diharapkan secepatnya mendaftarkan diri saat pendaftaran dibuka dan harus dipastikan sudah terdaftar.
Hal tersebut penting supaya tidak terjadi pembludakan di TPS luar negeri, karena surat suara hanya ada bagi yang sudah terdaftar.
Ia tidak mau membludaknya pemilih mendapat protes dari pemilik gedung yang berada di sekitar kantor Konjen KJRI.
“Sekali lagi semoga jadi pembelajaran buat masyarakat Indonesia. Daftar secepatnya dan pastikan namanya sudah terdaftar. Buat yang pindah ke Jepang, dalam rangka kerja, sekolah, atau apapun, urusan kedatangan ke Jepang, di masa pencoblosan, urus surat pindah hak pilih,” katanya.
Mengaku hampir dikerjai oknum
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) mengaku hampir dikerjai seorang oknum penyelenggara pemilu di Osaka, Jepang .
"Saya sudah antre dibilang gak boleh, antre, padahal sudah bawa form A5 yang untuk nyoblos di luar negeri. Jadi hampir saja dikerjai oknum tadi," kata BTP seperti dikutip dalam video yang dikirimkan seorang aktivis, WNI yang tinggal di Jepang, Vera Aoki kepada Tribunnews.com, Minggu (14/4/2019).
Basuki Tjahaja Purnama yang berusaha tidak lagi suka marah-marah setelah keluar penjara merasa jengkel juga.
"Saya berusaha tidak marah setelah ke luar penjara. Tapi menghadapi oknum begitu rasanya mesti marah juga biar dia takut," kata BTP.
BTP juga menyatakan telah menyelamatkan beberapa warga Indonesia yang akhirnya boleh mencoblos setelah sebelumnya ditolak oknum tersebut untuk menggunakan hak pilihnya.
"Jadi rupanya saya di Osaka ini untuk menyelamatkan beberapa suara orang Indonesia," kata BTP.
Selama di Jepang Basuki Tjahaja Purnama mengaku sempat makan ikan buntel.
"Saya juga suka tinggal dan senang kalau jadi petani di Hokkaido, hahaha," kata BTP kepada warga Indonesia yang mengelilinginya.
BTP bersama warga Indonesia lainnya antre menunggu giliran untuk memberikan suaranya pada pemilu 2019 ini.
Foto Prabowo-Sandi dan Anies Baswedan-Sandi Pelukan Viral, Jubir BPN Tulis 'Sejarah Terulang'
Penuhi Janjinya, Iwan Fals Akhirnya Umumkan Pemimpin Pilihannya, Ungkap Kekhawatiran Kena Pidana