TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hitung Cepat Litbang Kompas menyebut pasangan Joko Widodo (JOkowi)-KH Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di DKI Jakarta dalam Pilpres 2019.
Data yang diperlihatkan Litbang Kompas menunjukkan Jokowi-Ma'ruf Amin meraih 52,76 persen dukungan di DKI.
Sedangkan Prabowo-Sandi hanya memperoleh 47,24 persen.
Berdasarkan data masuk telah mencapai 99,5 persen ke pusat data Litbang Kompas, Kamis (18/4/2019) pukul 14:26:47 WIB.
Bila dibandingkan dengan data Pilpres 2014, maka diketahui dukungan terhadap Jokowi mengalami penurunan dari 53,08 persen ke 52,76 persen.
Baca: Menurut Jokowi, Negara Lain Kagum dengan Pemilu Indonesia
Untuk Prabowo, saat berpasangan dengan Sandi mengalami kenaikkan dukungan dari 46,92 persen menjadi 47,24 persen.
Namun secara keseluruhan di Pulau Jawa, Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo-Sandi.
Bila melihat peta sebaran Pilpres 2019 di Pulau Jawa, Jokowi-Amin meraih 57,70 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 42,30 persen.
Raihan suara Jokowi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada Pilpres 2014 lalu.
Pada 2014 lalu, ketika berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), Jokowi hanya meraih 51,93 persen.
Sebaliknya dialami Prabowo di Pilpres 2019, karena ketika 2014 saat berpasangan dengan Hatta Rajasa merosot dari 48,07 persen menjadi 42,30 persen.
Dalam hitung cepat per gugus pulau, margin of error kurang lebih 2 persen.
Untuk capaian nasional, Jokowi-Amin unggul dengan raihan 54,43 persen suara.
Sedangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 45,57 persen.
Dalam hitung cepat kali ini, Litbang Kompas mengambil sampel 2.000 TPS terpilih di seluruh Indonesia. Pengambilan 2.000 sampel dilakukan dengan pertimbangan target toleransi kesalahan (margin of error), kemampuan sumber daya yang ada, dan biaya.
Dengan pengambilan 2.000 TPS sampel dan tingkat kepercayaan 99 persen, simpangan kesalahan untuk setiap provinsi diperkirakan kurang dari 1 persen.
TPS sampel yang sudah ditentukan diperiksa kembali dengan data pemilih terdaftar yang dikeluarkan KPU tiap-tiap daerah. Jadi, semua TPS sampel tervalidasi dan benar sesuai dengan daftar pemilihnya.
Begitu juga dengan data yang diperoleh di lapangan. Semua data yang masuk akan divalidasi kembali sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan nonteknis dan kesalahan akibat kelalaian manusia.
Selain hitung cepat, rangkaian kegiatan riset yang diselenggarakan Kompas pada pemilu kali ini adalah survei pasca-pemilihan. Berbeda dengan hitung cepat, survei ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku pemilih, antara lain kencenderungan arah pilihan dan alasan responden memilih pasangan calon atau parpol tertentu.
Survei ini dilaksanakan dengan mewawancarai pemilih seusai melakukan pemilihan di TPS. Jumlah pemilih yang akan diwawancarai untuk setiap TPS adalah empat orang. Jadi, total responden untuk survei ini akan berjumlah 8.000 orang.(*)