TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah video beredar di media sosial menyebutkan adanya sayembara yang digelar pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan hadiah uang senilai Rp 100 miliar.
Video dan informasi tentang sayembara ini banyak dibagikan akun-akun di media berbagai platform media sosial. Pada video berdurasi 55 detik itu, diketahui sejumlah orang membawa papan bertuliskan “Hadiah Seratus Milyard Rupiah, RP 100.000.000.000”.
Terlihat terdapat dua orang laki-laki mengenakan baju hitam bertuliskan pencak silat dan bela diri, beberapa mengenakan baju putih dan kemeja batik, dan dua orang lainnya mengenakan pakaian hitam dengan kain tersampir ala jagoan silat.
Sayembara itu ditujukan bagi mereka yang selama ini menuding paslon 01 melakukan kecurangan terkait perolehan suara dalam Pemilu Serentak 2019.
Baca: Empat Jam Geledah Kantor PT Adhi Karya Makassar, Penyidik KPK Bawa Sejumlah Kardus dan Koper
Baca: Setya Novanto Terlihat di Restoran Padang RSPAD, Apa Penjelasan KPK?
Baca: Gunung Agung Meletus, Abu Menyembur Setinggi 1000 Meter
Baca: Fakta Sidang Vanessa Angel, Ada Bukti Transfer Bukan Dari Rian, Kasus Prostitusi Artis Direkayasa?
Mereka mengaku telah menyiapkan dana senilai Rp 100 miliar jika kubu 01 terbukti secara hukum berbuat curang.
Video itu disiarkan langsung dari akun YouTube Ridwan Gani pada Minggu (28/4/2019).
Uang tersebut merupakan titipan dari para pengusaha muslim yang jengah dengan tuduhan-tuduhan curang yang dilontarkan kubu Prabowo-Sandi kepada Jokowi-Ma’ruf.
Ketua Muslim Cyber Army Jokowi, Diki Candra, menyatakan, akan menunggu pembuktian kecurangan sampai pukul 12 siang H-1 pengumuman resmi dari Komisi Pemungutan Suara (KPU), yang rencananya dilakukan pada 22 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan TKN soal sayembara ini?
Tanggapan TKN Jokowi-Ma’ruf Juru Bicara TKN, Garda Maharsi, Senin (29/4/2019) sore, mengatakan, sayembara ini merupakan inisiatif pendukung.
“Menurut saya itu inisitiaf ya, spontanitas saja itu dari komponen pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin,” kata Garda.
Garda mengaku baru mengetahui adanya sayembara dengan imbalan uang dalam jumlah besar ini setelah diberitakan oleh media. Namun, tim pemenangan di lapangan sudah mengetahuinya lebih dulu.
“Ya kalau saya (tahu) baca dari media. Setelah konfirmasi, baru tahu kalau yang bilang orang lapangan,” kata dia.
Sejauh ini, kata Garda, pihak TKN belum mengetahui dan masih terus melakukan konfirmasi untuk mengetahui siapa koordinator atau penyelenggara sayembara ini. “Ini sedang saya cari, saya sedang proses konfirmasi,” kata dia.
Menurut dia, mereka yang terlihat pada foto maupun video terkait sayembara itu tidak ada yang duduk di TKN, melainkan pendukung Jokowi-Ma’ruf di lapangan.
“Sebenarnya enggak ada dari TKN, itu spontanitas dari relawan atau unsur masyarakat saja,” ujar dia.
Garda menyebutkan, hal ini merupakan sesuatu yang wajar dilakukan oleh para pendukung sebagai bentuk perlawanan terhadap isu curang yang selalu diembuskan.
Baca: Anak Luis Suarez Bawa Memori Piala Dunia 2014 di Perayaan Kemenangan Barcelona
Baca: Reaksi Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko Saat Disebut Tak Lolos ke Senayan
“Saya rasa wajar itu, untuk counter narasi yang dibangun BPN tentang kecurangan pemilu. Kami sih tidak dalam garis komando,” sebut Garda.
Reaksi BPN
Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferry Mursyidan Baldan, menilai sayembara pembuktian kecurangan kubu 01 menggampangkan proses demokrasi dan tidak mendidik.
Sayembara dengan hadiah uang senilai Rp 100 miliar itu ditujukan bagi mereka yang selama ini menuding paslon 01 melakukan kecurangan terkait perolehan suara dalam Pemilu 2019.
"Tawaran Rp 100 miliar itu menurut saya, orang yang menggampangkan proses demokrasi," kata Ferry saat ditemui di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2019).
"Saya ingin menyampaikan, kalau kecurangan Rp 100 miliar apa ini? Itu bisa dibilang sangat tidak mendidik," imbuh dia.
Ferry berpandangan, orang yang melakukan sayembara tersebut ingin "menyelimuti" kecurangan yang ada dengan imbalan uang. Ia juga menilai bahwa orang yang menawarkan sayembara tersebut tidak memiliki formulir C1.
Ferry menuturkan, data dugaan kecurangan yang mereka kumpulkan selama ini bukan demi hadiah semata.
Mantan politisi Partai Nasdem ini mengingatkan bahwa manipulasi suara dapat dijerat hukum. "Itu muncul dari justru orang yang tidak punya data C1. Kita punya C1 dengan catatan kecurangannya kan bukan untuk memenangkan sayembara, kita ingin menegakkan pemilu yang jurdil," tutur dia.
Ferry juga mempertanyakan darimana asal uang sebesar itu sebagai hadiah sayembara.
"Ada tidak Rp 100 miliar, coba tunjukkan, siapa ketua panitianya, kalau ketua panitianya harus punya pendapatan Rp 1 triliun, baru kita percaya mereka mau mewakafkan Rp 100 miliar," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Kompas.com/Luthfia Ayu/Devina Halim)