TRIBUNNEWS.COM- Mahfud MD meminta maaf terkait pernyataannya mengenai pendukung Prabowo garis keras.
Pernyataan Mahfud MD beberapa waktu lalu menjadi polemik yang dianggap dapat memecah belang bangsa.
Mantan Ketua MK tersebut menegaskan jika dirinya berniat mengajak rekonsiliasi dalam pernyataan tersebut.
Dikutip melalui akun Twitter @mohmahfudmd, Mahfud MD menjelaskan pengertian dari istilah garis keras yang dilontarkannya.
Mahfud MD menjelaskan istilah garis keras diartikan sebagai sikap kokoh yang tidak mau berkompromi dengan pandangan yang tidak sejalan dengan prinsip.
Lebih lanjut, Mahfud MD, menyebut penegertian tersebut ada dalam literatur.
Baca: TERBARU Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo, Hari Ini Pukul 07.45 WIB, Data Masuk 58.69%
Baca: Bara Hasibuan: Setelah 17 April Dukungan PAN ke Prabowo-Sandi Selesai Secara De Facto
Ia kemudian meminta maaf kepada semua pihak yang memiliki beda paham dengan istilah tersebut.
Mahfud bahkan menegaskan jika dirinya berniat untuk mengajak rekonsiliasi.
Namun, niat ini justru menuai kontroversial lantaran pernyataan yang dilontarkannya.
"Di dlm term ilmu istilah hard liner diartikan, "sikap kokoh, tdk mau berkompromi dgn pandangan yg dianggapnya tdk sejalan dgn prinsipnya". Itu tertulis di literatur2. Tp bagi yg beda paham sy minta maaf. Maksud sy mengajak rekonsiliasi, bersatu, kok malah berpecah. Itu tdk bagus."
Untuk menyudahi polemik ini, Mahfdu MD memilih tak memperpanjang masalah tersebut dengan mengajak masyarakat mengawal proses pemilu.
"Daripada sy dituding "mau membelokkan isu" dari kecurangan pemilu maka sy takkan memperpanjang polemik. Mari kita kawal sj ber-sama2 proses pemilu ini krn jalannya msh panjang. Semua hrs mendapat keadilan sesuai tuntutan demokrasi. Demokrasi hrs selalu diimbangi hukum (nomokrasi)"
Lebih lanjut, Mahfud MD kembali menjelaskan pengertian garis keras dalam literatur.
Namun, ia juga kembali meminta maaf kepada berbagai pihak yang salah memahami pernyataannya.
"Arti garis keras di dlm literatur " is an adjective describing a stance on an issue that is inflexible and not subject to compromise". Arti ini tak bs dicabut krn sdh jd term dlm ilmu politik scr internasional. Tp bg yg salah memahami penggunaan istilah ini sy minta maaf."
Untuk diketahui, dalam wawancara di Metro Pagi Primetime pada Selasa (23/4/2019), Mahfud MD pada awalnya mengeluarkan pernyataan soal provinsi garis keras guna menyoroti sebaran kemenangan.
Sebaran kemenangan ini, lanjut Mahfud, mengingatkan untuk segera dilakukan rekonsiliasi.
Baca: Fotografer Ini Tak Sengaja Temukan Foto Lawas Jokowi Cium Tangan Gus Dur, Caption Foto Jadi Viral!
Baca: Video Siap Presiden TKN, Sandiaga: Saya Tidak Baperan
"Kalau melihat sebaran kemenangan, mengingatkan kita untuk lebih sadar, segera rekonsiliasi," ujar Mahfud MD.
Mahfud MD kemudian melihat persebebaran kemenangan Jokowi tidak berlaku di provinsi yang disebutnya agak panas.
Namun senaliknya, Prabowo mengalami kemenangan di daerah yang dulu dianggap sebagai provinsi garis keras.
"Tetapi kalau lihat sebarannya, di provinsi-provinsi yang agak panas, Pak Jokowi kalah," sambungnya.
"Dan itu, diidentifikasi tempat-tempat kemenangan Pak Prabowo, itu diidentifikasi dulunya dianggap dulunya sebagai provinsi garis keras."
"Dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan juga," ungkap Mahfud MD.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria, menilai pernyataan garis keras Mahfud MD akan selesai dengan permintaan maaf.
Ahmad menyebut, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pemaaf.
"Pak Mahfud MD tinggal minta maaf selesai. Kita bangsa yang pemaaf," kata Ahmad Riza Patria dalam diskusi bertajuk 'Demokrasi Siap Menang Siap Kalah dalam Pilpres 2019', di Hotel Sentral, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2019).
Menurutnya, di sinilah ujian bagi Mahfud MD apakah berani menyatakan permintaan maaf.
"Di sinilah diuji, diuji kenegarawanan seseorang. Mudah-mudahan Pak Mahfud segera minta maaf, selesai," tutur Ahmad Riza Patria.
Wakil Ketua Komisi II DPR RI ini meminta semua pihak agar berhati-hati dalam memberikan pernyataan di hadapan publik.
"Maka para elite ini kalau bicaranya harus hati-hati," ujarnya.
(Tribunnews.com/Miftah)