TRIBUNNEWS.COM - Ulama yang merupakan pendukung pasangan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyampaikan hasil Ijtima Ulama 3 terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Rabu (/5/2019) kemarin.
Tak hanya itu, pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab juga mengeluarkan pernyataan terbaru.
Hasil ijitima Ulama 3 itu mendapatkan tanggapan dari Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.
Berikut rangkumannya:
1. Hasil Ijtima Ulama 3 dan alasan Jokowi - Maruf Amin harus didiskualifikasi dari Pilpres 2019
Para ulama pendukung Prabowo-Sandi meminta Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membatalkan atau mendiskualifikasi Jokowi-Maruf.
Baca: Kubu Jokowi Sebut Ijtima Ulama III Hanya Politik Akal-akalan
Mereka menyatakan hal itu dalam Ijtima Ulama 3 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/5/2019).
Dalam kesimpulan acara, Yusuf Martak, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama mengatakan, "Telah terjadi berbagai kecurangan dan kejahatan yang bersifat terstruktur, sistematis, masif dalam proses penyelenggaraan Pemilu 2019."
Prabowo Subianto yang juga hadir dalam acara mengatakan bahwa kesimpulan pertemuan "cukup komprehensif dan tegas."
Saat ditanya apa yang dimaksud dengan kejahatan dalam proses pemilu, Slamet Maarif, Ketua Ijtima Ulama 3, mengatakan," Kenapa kita peserta ijtima mengatakan ada kejahatan, karena ada perbuatan-perbuatan curang yang mengarah ke kejahatan. umpamanya menzalimi suara orang, memerintahkan suara hak orang, kemudian fakta-fakta di lapangan ditemukan bentuk kejahatan juga yang kita indikasikan terstruktur, sistematis, dan masif."
Sejauh ini kubu Prabowo Subianto - Sandiaga Uno belum menunjukkan metode penghitungan dalam klaim mereka bahwa Capres nomor urut 02 itu menang dalam Pemilu.
Baca: Ijtimak Ulama III Rekomendasikan BPN Prabowo-Sandi Laporkan Kecurangan
Dalam kesempatan itu, penyelenggara juga membantah tuduhan bahwa seolah-olah Ijtima Ulama ini berusaha menggiring opini bahwa seolah-olah Pemilu 2019 diwarnai kecurangan.
"Justru para ulama datang ke sini untuk memberikan ketenangan kepada umat," kata Bachtiar Nasir, panitia pengarah (steering comittee) "Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional 3, Rabu (1/5/2019) di Bogor, Jawa Barat.
2. Suara pendukung
Bachtiar mengklaim kehadiran ulama justru untuk apa yang dia sebut sebagai upaya "meredam" suara-suara pendukung capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menganggap ada kecurangan pada penyelenggaraan pemilu tahun ini.
"Posisi kami harusnya diapreasiasi, karena ada arahan (dalam forum agar pendukung Prabowo Subianto) tenang, aman, tidak boleh ada chaos," kata Bachtiar Nasir.
Sebelumnya, penyelenggara Ijtima (konsensus atau kesepakatan) ulama menyatakan acara ini bertujuan untuk menyikapi proses penghitungan dan rekapitulasi Pemilu 2019.
"Nanti kita akan cari solusi bagaimana menghadapi kecurangan yang ada baik secara syar'i ataupun konstitusional," kata Slamet Maarif, Ketua Ijtima Ulama III, sebelum acara dibuka.
3. Rekaman pidato Rizieq Shihab
Di acara itu, mereka mendengarkan laporan dari "jaringan di daerah" tentang kemungkinan adanya kecurangan di Pemilu 2019.
Peserta juga mendengarkan rekaman pidato Rizieq Shihab yang diberi judul Maklumat Mekkah.
Panitia juga mengaku mengundang pakar hukum, IT serta ahli pidana untuk memberikan penilaian terhadap perkembangan terbaru terkait Pilpres 2019.
"Kita akan dengarkan juga paparan dari kalangan agama, kalangan ulama tentang hal-hal yang terjadi di Pilpres 2019, terutama masalah kecurangan," kata Slamet Maarif.
Dari paparan dari sisi hukum dan agama inilah, menurut Slamet, peserta Ijtima Ulama akan membahasnya sebelum akhirnya mengeluarkan rekomendasi di akhir acara.
Dimintai tanggapan atas pernyataan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang mempertanyakan niat atau tujuan Ijtima Ulama 3 terkait penyelenggaraan Pemilu 2019, Slamet Maarif mengatakan "apa salahnya kita mengevaluasi ( Pemilu 2019)."
Baca: Ijtima Ulama Digelar Bersamaan dengan Hari Buruh, Ini Tanggapan Ketua Pelaksana
Dia kemudian mengatakan bahwa ijtima ulama 1 dan 2 juga tidak terlepas dari hajatan politik Pemilu 2019.
Dia menekankan, sikap politik dalam Ijtima Ulama 3 merupakan bentuk kebebasan berkumpul dan berpendapat yang dilindungi konstitusi.
4. Tanggapan TKN
Direktur Relawan TKN Jokowi - KH Maruf Amin, Maman Imanulhaq, mereka yang selalu mengangkat kecurangan tanpa bukti justru telah berbuat curang.
"Penggunaan cara yang tidak konstitusional dan tidak rasional justru menurunkan derajat ulama. Ulama dikenal sebagai sosok yang memahami ilmu, menghormati kesepakatan, komitmen, dan juga menghargai nilai persaudaraan," kata Maman Imanulhaq.
"Kita menolak orang yang terus menerus membuat narasi kecurangan. Orang yang membuat narasi kecurangan tanpa menunjukkan data dan fakta sebenarnya dia telah berbuat curang," tambahnya.
Sementara Jokowi pada hari Pemilu menyatakan telah melihat hasil quick count sejumlah lembaga survei dan meminta masyarakat bersabar menunggu hasil yang akan diumumkan oleh KPU pada 22 Mei.
Dalam tanggapannya Maman Imanulhaq juga mengatakan, "Cara menakut nakuti, mengerahkan people power, adalah cara yang tidak elegan, dan tak dituntun nilai agama kita. Jangan habiskan energi umat yang sudah merespons proses demokrasi dengan baik."
"Jangan mengklaim atas nama umat Islam dan jangan mengklaim atas nama kelompok masyarakat dan mengeluarkan seruan yang kontraproduktif untuk nilai persaudaraan dan nilai-nilai Islam itu sendiri. Kita menghormati proses dan menunggu dengan sabar, dan kita yakin umat Islam akan berkonsentrasi melakukan ibadah khusus di bulan Ramadhan," tambahnya.
(Tribunnews.com/Malvyandie Haryadi/Daryono) (BBC)