News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Klaim Kemenangan Prabowo 62%: Tudingan PKS dan Bantahan Partai Demokrat

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak dan calon presiden Prabowo Subianto berada di tengah forum Ijtima Ulama II di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Minggu (16/9/2018). Prabowo mendatangani pakta integritas sebagai wujud keseriusannya melaksanakan hasil rekomendasi Ijtima Ulama.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Hidayat Nur Wahid mengatakan hasil survei internal yang menyebutkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul 62 persen adalah hasil survei internal Partai Demokrat.

Namun demikian, Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon menyatakan survei tersebut justru terkait pilihan koalisi Partai Demokrat pada pemilihan umum 2019.

Hidayat Nur Wahid menanggapi pernyataan Wakil Sekretaris Jendral Partai Demokrat Andi Arief terkait kelompok setan gundul di kubu Prabowo-Sandiaga.

Lewat tulisannya di media sosial Twitter, Andi Arief mengatakan ada kelompok yang dia sebut setan gundul yang menyesatkan pasangan Prabowo dan Sandiaga untuk percaya mereka unggul 62 persen pada pemilihan presiden 2019 berdasarkan survei internal.

Hidayat justru menyebut survei internal Partai Demokrat yang menunjukkan pasangan Prabowo-Sandiaga unggul 62 persen.

"Tapi tentang 62 persen itu juga publik sudah membaca, bahwa di internal Demokrat, survei mereka menyebutkan bahwa Prabowo menang dengan 62 persen. Nah, bagaimana itu," Kata Hidayat saat ditemui di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Baca: Kabar Bahagia dari Kiper Persija Shahar Ginanjar: Anak Kedua Lahir di Bulan Ramadhan

Baca: Wabah Misterius di Jeneponto, Usai Diruqyah Penyakit Misterius Hilang

Baca: Amien Rais Sebut KPU adalah Pintu Untuk Menyerang Sosok di Atasnya : Nama Gak Usah Disebut

Baca: Eksklusif Dengan Pelari Tercepat se-Asia Tenggara: Keluarga Pesan Jangan Pernah Tinggalkan Salat

Hidayat mempertanyakan siapa yang dimaksud Andi Arief sebagai kelompok setan gundul. Hidayat mengaku tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Andi. Oleh karena itu, Hidayat meminta Andi Arief menjelaskan pernyataannya.

Selain itu, Hidayat menyarankan Andi untuk menyelesaikan dan membahas berbagai masalah yang kontroversial secara internal antarparpol koalisi.

Hidayat ingin sesuatu yang ditampilkan ke publik lebih bersifat solutif kepada masyarakat daripada menambah kontroversi yang berkepanjangan saat ini.

"Jadi dari mana angka 62 persen dan sebagainya itu? Sehingga kemudian ketika kita tampil ke publik itu yang dihadirkan sesuatu yang solutif dan tidak menambah polemik," kata dia.

Hidayat Nur Wahid (HNW) (Ist)

Hidayat pun menegaskan koalisi Prabowo-Sandiaga saat ini bukanlah sebagai koalisi setan gundul seperti yang dituduhkan Andi Arief.

Ia menyebut koalisi Prabowo merupakan gabungan partai politik yang bermartabat dan memiliki pengalaman panjang dalam perpolitikan di Indonesia.

Lebih lanjut, kata Hidayat, seharusnya semua parpol koalisi menjaga proses rekapitulasi perhitungan suara pilpres 2019 yang kini tengah memasuki rekapitulasi tingkat Kabupaten/Kota.

"Kami tidak ingin kemudian konsentrasi kami dipecah dengan beragam manuver di lapangan yang tidak membawa pada solusi dan peningkatan kualitas dari berkoalisi maupun juga berdemokrasi," kata dia.

Selain itu, Hidayat menyatakan Partai Demokrat tetap solid dan tetap tergabung dalam koalisi Prabowo-Sandi.

Ia bahkan menyatakan pertemuan Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara Kamis (2/5) lalu hanya ingin menegaskan komitmennya dengan koalisi Prabowo.

"Ada yang mengatakan kalau Pak AHY bertemu Pak Jokowi untuk menegaskan posisi AHY dan Demokrat bersama dengan Prabowo-Sandi. Jadi menurut saya di bulan Ramadan ini mari kita tidak kembangkan spekulasi," ujarnya.

Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon. (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Partai Demokrat menanggapi pernyataan Hidayat Nur Wahid soal survei internal tersebut. Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon menyatakan survei yang dimaksud oleh Hidayat Nur Wahid adalah survei internal yang dilakukan pada bulan Agustus 2018 sebelum pencapresan.

Survei tersebut dilakukan untuk menentukan arah koalisi Partai Demokrat. Dari survei internal tersebut 62 persen kader Partai Demokrat menginginkan berkoalisi dengan Prabowo Subianto saat pemilihan presiden dan 38 persen kader ingin berkoalisi dengan Joko Widodo.

Jansen menegaskan berita itu bukanlah berita tentang survei pilpres, melainkan survei tentang keinginan kader PD saat itu untuk berkoalisi dengan Prabowo," ujar Jansen.

Jansen Sitindaon mengatakan dalam pemilu saat ini rekor kemenangan pada pilpres masih dipegang Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilu 2009 saat menang 60,80 persen. Partai Demokrat meyakini rekor tersebut sulit dipecahkan, bahkan oleh Joko Widodo pada pilpres 2019.

"Jadi kalau berita Agustus itu yang menjadi sumber pernyataan Pak HNW, maka jelas beliau salah memaknai angka tersebut," kata Jansen.

"Jelas hasil survei internal Demokrat meminta pandangan kader kami se-Indonesia terkait kita akan berkoalisi dengan siapa di pilpres 2019. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan hasil pilpres. Kebetulan saja angkanya mirip sama-sama 62 persen, jadi menyebabkan confuse bagi yang tidak teliti membacanya," sambung Jansen. (Tribun Network/kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini