Mengungkap misteri 'setan gundul' pembisik kemenangan Prabowo, dari Sandiaga Uno hingga Kivlan Zein beri tanggapan.
TRIBUNNEWS.COM - Kabar mengenai 'setan gundul' hangat diperbincangkan beberapa saat lalu, lantaran Andi Arief menyebut ada 'setan gundul' yang memberikan informasi perolehan suara yang salah kepada Prabowo.
Hal itu dikarenakan klaim kemenangan 62 persen atas hasil real count dari tiga ratus dua puluh ribu TPS yang dilakukan oleh Prabowo di Kartanegara, Rabu (17/4/2019) malam.
Andi Arief menyebut bahwa Partai Demokrat ingin menyelamatkan Prabowo dari kelompok yang menyebut angka kemenangan 62 persen.
Kelompok inilah yang disebut Andi Arief sebagai 'setan gundul'.
Kekisruhan yang ditimbulkan oleh cuitan Andi Arief di akun Twitternya, Senin (6/5/2019) itu membuat solidaritas koalisi Prabowo-Sandi kembali diuji.
Baca: Tanggapi Keras Terkait Sindiran Setan Gundul, Kivlan Zen: Dia Sendiri Setan Gundul
Baca: Istilah Setan Gundul yang Disebut Andi Arief Ternyata Sebelumnya Pernah Hantui Kejayaan Orde Baru
Lalu, siapa sebenarnya 'setan gundul' yang mengganggu kemesraan koalisi Prabowo?
Berikut komentar para tokoh atas cuitan Andi Arief tentang sosok 'setan gundul', dikutip dari liputan Youtube Channel Najwa Shihab dalam video berjudul "Menguak Misteri Setan Gundul" :
1. Sandiaga Uno (Calon Wakil Presiden 2019-2024 Nomor Urut 02)
Sandiaga Salahuddin Uno, Calon Wakil Presiden 2019-2024 nomor urut 02, mengatakan dirinya tidak tahu mengenai 'setan gundul' yang dimaksud Andi Arief.
Kala itu, Sandiaga mengaku sedang sakit ketika Pilpres berlangsung, sehingga tidak mengetahui secara detail klaim kemenangan yang dilakukan oleh Prabowo.
Namun, ia menyarankan agar Andi Arief mengklarifikasi pernyataan yang telah ia keluarkan terkait 'setan gundul' yang 'membisiki' Prabowo.
"Sekarang kita sudah saatnya pakai bahasa terang, jangan pakai bahasa abu-abu dan gelap bersayap seperti ini. Menurut saya, sebut nama saja tidak usah menebak-nebak, sehingga tidak menambah kekisruhan di politik kita," kata Sandiaga.
2. Andre Rosiade (Wasekjen Partai Gerindra)
Andre Rosiade, Wasekjen Partai Gerindra, mengaku tidak tahu tentang sosok 'setan gundul' yang dimaksud Andi Arief.
"Terus terang kami tidak tahu siapa setan gundul yang dimaksud oleh Bang Andi Arief. Makanya saya sudah menelepon Bang Andie Arief kemarin, waktu beliau melakukan cuitan saya telepon langsung. Saya sampaikan ke yang bersangkutan bahwa, 'Abang daripada sibuk berkomentar di media sosial ataupun media mainstream, lebih baik berkoordinasi langsung di forum internal BPN," ujar Andre.
Selain itu, Andre mengungkapkan bahwa ia juga telah menyampaikan pesan kepada para rekan Demokrat untuk terus memantau hasil real count, sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
3. Ferdinand Hutahaen (Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat)
Tim Narasi TV juga menemui Fungsionaris Partai Demokrat terkait cuitan Andi Arief.
Ferdinand Hutahaen, Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat turut berkomentar mengenai hal ini.
Ia juga merasa heran dengan klaim kemenangan 62 persen yang dilontarkan oleh Prabowo Subianto.
Ferdinand mempertanyakan dari mana dan dari siapa basis klaim atas tiga ratus dua puluh ribu C1.
Selain itu, ia juga mempertanyakan apakah klaim tersebut akurat untuk dipertanggungjawabkan.
Menurut Ferdinand, mendapatkan tiga ratus dua puluh ribu C1 dalam waktu empat jam hampir mustahil untuk bisa dilakukan.
Hal tersebut menimbang dari perhitungan suara yang baru berjalan sekitar empat jam atau dimulai pukul 14.00 WIB, Rabu (17/4/2019).
Namun, data kemenangan sebesar 62 persen tersebut diduga sudah ada sejak pukul 18.00 WIB, Rabu (17/4/2019).
"Jadi, kalau empat jam, agak tidak masuk akal bagi saya. Agak tidak logis bagi saya bisa terkumpul tiga ratus dua puluh ribu lembar C1 dan dikonversi menjadi angka, karena harus dipindahkan angka dari lembar C1 ke hitungan manual," kata Ferdinand.
Ferdinand mengaku sempat terjadi perdebatan antara dia dan beberapa pihak mengenai data kemenangan 62 persen itu, baik pihak partai maupun nonpartai.
Namun, akhirnya pihak Prabowo memutuskan bahwa klaim kemenangan harus segera dilakukan sebelum didahului oleh kubu Jokowi. Klaim kemenangan pun akhirnya dilakukan sekitar pukul 19.00 WIB, Rabu (17/4/2019).
"Yang paling deras untuk deklarasi ini memang bersumber dari kelompok ulamanya. Kedua dari sahabat-sahabat kami, dari beberapa kelompok seperti PKS yang begitu deras untuk segera melakukan deklarasi," Ferdinand mengungkapkan.
4. Mardani Ali Sera (Ketua DPP PKS)
Senada dengan Andre Rosiade, Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS, juga mengaku tidak tahu siapa yang dimaksud 'setan gundul'.
Mardani meminta Andi Arief untuk menyebut nama asli dari 'setan gundul' yang dia maksud.
Ia mengungkapkan, data real count PKS pada 17 April 2019 kala itu belum masuk secara menyeluruh, sehingga ia tidak yakin jika PKS dianggap sebagai sumber data kemenangan Prabowo-Sandi.
"Intinya, apapun keputusan yang dilakukan hendaknya terus berbasis data yang kuat, karena ini masalah negara kita, harus sangat berhati-hati," ucap Mardani singkat.
5. Yusuf Martak (Ketua GNPF Ulama)
Selain PKS, ulama di lingkar Prabowo juga dituding oleh Demokrat sebagai pihak yang berpengaruh.
Yusuf Martak, Ketua GNPF Ulama, juga mengaku tidak paham tentang sosok 'setan gundul'.
Ketika ditanyai tentang kemungkinan setan gundul yang merupakan sosok di luar koalisi, Yusuf menjawab bahwa ia akan mencari Andi Arief jika yang dimaksud 'setan gundul' adalah dari kalangan ulama.
"Di luar koalisi itu kan banyak, ada Ormas (Organisasi Masyarakat), ada purnawirawan, banyak, jadi bukan hanya dari kita. Kalau dia sampai menyatakan bahwa setan gundul dari kalangan ulama, bahaya dia, biasa saya uber dia, nggak boleh," jawab Yusuf sambil berlalu.
6. Kivlan Zein (Purnawirawan TNI)
Seperti halnya kalangan purnawirawan yang disebut Yusuf, Mayjen (Purn) Kivlan Zein, purnawirawan TNI, pun angkat bicara.
Ditemui Tim Narasi TV pada demo di Bawaslu, Kamis (9/5/2019), komentar Kivlan ini sempat viral dan membuatnya ditetapkan sebagai saksi terkait dugaan penyebaran berita bohong dan makar.
Kivlan mengatakan, justru Andi Arief lah yang merupakan 'setan gundul'.
Kivlan menganggap bahwa Andi Arief adalah sosok yang tidak jelas identitasnya dalam Demokrat, yang kemudian mengarah pada komentarnya mengenai Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
"Dia (SBY) mau mencopot Prabowo supaya tidak jadi calon presiden. Saya tahu sifatnya mereka ini saling bersaing antara Prabowo dan SBY. Dia tidak ingin ada jenderal lain jadi presiden. Dia ingin dirinya sendiri, dan dia orangnya licik," ujar Kivlan.
"Sampaikan saja bahwa SBY licik. Dia junior saya, saya yang mendidik dia. Saya tahu dia orangnya licik," sambungnya.
Sebelumnya, Andi Arief menulis beberapa cuitan pada akun Twitternya terkait 'setan gundul'.
"Partai Demokrat ingin menyelamatkan Pak Prabowo dari perangkap sesat yang memasok angka kemenangan 62 persen," ujar Andi Arief seperti dikutip dari akun Twitternya, Senin (6/5/2019).
"Dalam koalisi adil makmur ada Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya, dan rakyat. Dalam perjalanannya muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan Gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen," tulisnya.
"Gerakan rakyat itu hancur lebur karena setan gundul memberi info sesat 02 menang 62 persen. Tidak ada people power berbasis hoaks," tutur Andi Arief.
(Tribunnews.com/Citra Anastasia)