News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Fakta-fakta Dibalik Kerusuhan Aksi 22 Mei, Tiga Kelompok Ditangkap hingga Dibayar Rp 150 Juta

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menunjukan barang bukti senjata saat jumpa pers terkait kerusuhan aksi 22 Mei, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/5/2019).(KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Berikut ini fakta-fakta dibalik kerusuhan aksi 22 Mei yang terjadi pada Rabu (22/5/2019) lalu dan saat ini polisi telah membeberkan fakta terbaru terkait kasus ini.

TRIBUNNEWS.COM - Aksi 22 Mei yang terjadi pada Rabu (22/5/2019) beberapa waktu yang lalu, ternyata menyimpan banyak misteri di dalam kejadian tersebut.

Aksi 22 Mei yang terjadi di kawasan Bawaslu di Jl MH Thamrin, Stasiun Tanah Abang, hingga Jl Slipi Petamburan ini telah memakan korban setidaknya 8 orang tewas.

Saat ini, pihak Polri telah mengungkapkan beberapa fakta terbaru terkait aksi 22 Mei yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Baca: Moeldoko Beberkan Purnawirawan yang Terlibat dalam Kerusuhan 22 Mei

Berikut fakta-fakta dibalik kerusuhan aksi 22 Mei yang dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber:

1. Tiga Kelompok Ditangkap

Kadiv Humas Polri, Irjen M Iqbal ungkap kronologi rencana pembunuhan di balik kerusuhan 22 Mei (Kompas TV)

Polisi kini telah menangkap tiga kelompok penumpang gelap yang menunggangi aksi yang menyebabkan kerusuhan di depan Bawaslu pada 22 Mei yang lalu.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan, kelompok pertama adalah mereka yang berusaha menyelundupkan senjata api ilegal dari Aceh.

Dikutip dari Kompas.com, senjata ilegal tersebut antara lain jenis M4 Carbine berikut dua buah magasin, peredam suara, tali sandang, dan tas senjata.

Selain itu, ada pula senpi berjenis Revolver dan Glock beserta 50 butir peluru.

Kelompok yang berusaha menyelundupkan senpi ilegal itu melibatkan mantan Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI (Purn) Soenarko.

Baca: Aksi Berujung Kerusuhan 21-22 Mei, Dua dari Enam Tersangka Pemilik Senpi Ilegal Positif Narkoba

"Salah satunya kelompok yang kemarin memasukkan senjata ilegal dari Aceh," kata Iqbal di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Kelompok kedua adalah mereka yang diduga bagian dari kelompok teroris.

Kelompok kedua ini terungkap setelah polisi mengamankan dua orang perusuh dalam aksi unjuk rasa yang memiliki afiliasi dengan kelompok pro Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS.

Polisi menyebut kedua orang perusuh tersebut merupakan anggota organisasi Gerakan Reformasi Islam (Garis).

Kelompok tersebut juga berniat berjihad pada aksi tanggal 21-22 Mei 2019.

Baca: Ini Peran 6 Tersangka dalam Dugaan Kepemilikan Senjata Api Ilegal Terkait Rusuh 21-22 Mei

"Beberapa pelakunya sudah menyampaikan bahwa ingin memanfaatkan momentum demokrasi sebagai aksi, karena memang demokrasi itu menurut mereka itu pahamnya kafir," kata Iqbal.

2. Berupaya Bunuh 4 Pejabat dan Pimpinan Lembaga Survei

Kericuhan peserta aksi unjuk rasa terus terjadi di Jalan KH Wahid Hasyim arah perempatan jalan Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) malam. Hingga Kamis dini hari, sebagian peserta aksi sudah digiring aparat kemanan untuk membubarkan diri. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha (WARTA KOTA/Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Kelompok terakhir yang diduga ingin menunggangi aksi 22 Mei adalah mereka yang berupaya merancang pembunuhan terhadap empat tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei.

Kelompok ini juga sempat bergabung di kerumunan massa dengan membawa senjata api.

Dari kelompok terakhir, polisi telah mengamankan enam orang tersangka, yakni HK, AZ, IR, TJ, AD, dan HF.

Dikutip dari Kompas.com, Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.

Baca: Dialog: Usut Tuntas Dalang Kericuhan 22 Mei [1]

Saat itu, HK mendapat perintah seseorang untuk membeli senjata.

"HK menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini, pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Iqbal.

Setelah itu, lanjut Iqbal, pada 13 Oktober HK menjalankan pemerintah dan membeli senjata.

Ada empat senjata yang didapat oleh HK dari AF dan AD.

Sebagian senjata itu lalu diserahkan HK kepada dua rekannya, AZ, TJ, dan IR.

Pada 14 Maret, HK mendapat transfer Rp 150 juta dan sebanyak Rp 25 juta ia bagikan kepada TJ.

Baca: Pimpinan Pondok Pesantren di Cianjur Diciduk Polda Metro Jaya, Diduga Terkait Aksi Kerusuhan 22 Mei

"TJ diminta membunuh dua tokoh nasional. Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Iqbal.

Lalu pada 12 April, HK kembali mendapat perintah lagi untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.

"Jadi, ada empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," ujarnya.

Saat ditanya apakah tokoh nasional yang dimaksud adalah pejabat negara, Iqbal membenarkan.

"Pejabat negara. Tapi bukan presiden. Tapi bukan kapasitas saya menyampaikan ini. Nanti kalau sudah mengerucut baru dikasih tahu," kata dia.

Baca: Sosok Ridho Vernando, Anggota Brimob yang Viral dengan Aksi Sulap saat Amankan Aksi 22 Mei

Selain empat pejabat negara, belakangan HK juga mendapat perintah untuk membunuh seorang pemimpin lembaga survei.

"Terdapat perintah lain melalui tersangka AZ untuk bunuh satu pemimpin lembaga swasta. Lembaga survei. Dan tersangka tersebut sudah beberapa kali menyurvei rumah tokoh tersebut," ujar Iqbal.

3. Pemerintah Tidak Akan Membeberkan Dalang Kerusuhan?

Senin (27/5/2019) di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal menunjukkan rompi antipeluru bertuliskan POLISI yang disita dari tersangka dugaan penyusupan di aksi unjuk rasa 21-22 Mei (Rizal Bomantama/Tribunnews.com)

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengakui bahwa pemerintah dan kepolisian tidak akan berani mengungkap 'dalang' di balik aksi 22 Mei di Jakarta.

Dikutip dari TribunWow.com, dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV Metrotv, Neta S Pane menjelaskan bahwa polisi dan pemerintah sebenarnya sudah mengatahui siapa dalang di balik aksi 22 Mei tersebut.

Ketua IPW tersebut menjelaskan alasan mengapa pemerintah tidak akan membeberkan siapa dalang aksi 22 Mei.

"Saya kira siapa saja mereka (dalang kerusuhan 22 Mei) polisi sudah tahu, dan Pak Wiranto juga sudah mengumumkan bahwa pemerintah sudah mengetahui dalang," jelas Neta S Pane.

"Saya sudah tahu, tapi saya kira itu tugas Menkopolhuman dan polisi yang menjelaskan, saya kira Pak Wiranto segera jelaskan lah," tambahnya.

Baca: Pantau Insiden Rusuh 21-22 Mei 2019, Komnas HAM Akan Rangkul Marzuki Darusman Hingga Anita Wahid

Dilanjutkan oleh Neta S Pane, dirinya mempunyai keyakinan bahwa pemerintah maupun kepolisian tidak akan menjelaskan soal siapa sebenarnya dalang yang bertanggungjawab atas kerusuhan 22 Mei.

"Tapi saya berkeyakinan, jangankan saya, polisi maupun Pak Wiranto tidak akan mau mengumumkannya, bisa dikatakan tidak berani, karena di belakang terlalu kuat," ungkap Neta S Pane.

Neta S Pane lantas menjelaskan, menurut dugaannya, aksi massa 22 Mei masih ada kaitannya dengan kerusuhan 1998 yang melibatkan Prabowo Subianto dan Wiranto.

"Jadi kalau kita lihat, kerusuhan 22 Mei kemarin itu mau mencoba reuni atau nostalgia, menyalurkan hasrat dendam antara peristiwa kerusuhan 1998 antara Pak Wiranto dan Pak Prabowo, sepertinya mau ditarik ke sana," ungkap Neta S Pane.

Baca: Kelompok Cendana Dituding Dalangi Aksi 21-22 Mei Berujung Kerusuhan

Menurut Neta S Pane, kerusuhan massa 22 Mei hanya terbatas dan sangat berbeda dengan tujuan massa pada 1998 lalu.

"IPW menganalisa bahwa kerusuhan 21 Mei dan 22 Mei, kerusuhan terbatas, dan sangat terkoordinir, kalau kita lihat sasaran 1998 itu pusat ekonomi, kemarin Tanah Abang itu tidak tersentuh sama sekali," jelas Neta S Pane.

"Kalau memang itu benar-benar kerusuhan, itu pasti sudah dibakar massa, kemarin massa hanya membakar tong sampah dan warung-warung yang kecil di pinggir jalan," tambahnya.

"Melihat karakter yang kemarin itu, itu memang diciptakan hanya terbatas sampai tanggal 22 Mei malam," lanjutnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini