Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin menilai baik jika Partai Amanat Nasional (PAN) benar bergabung dengan koalisi Joko Widodo.
Menurut Ma'ruf, bergabungnya PAN di koalisi Jokowi untuk membangun pemerintahan yang kuat.
"Saya kira bagus itu, nggak masalah malah kita lebih, kan kita sudah janji kalau jadi presiden dan wakil presiden untuk seluruh rakyat Indonesia," ucap Ma'ruf usai berbuka puasa bersama mantan ketua umum PAN Soetrisno Bachir dan relawan Garda Matahari di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (26/5/2019).
Sementara, Ma'ruf juga menyambut baik Partai Demokrat bisa bergabung dengan koalisi Jokowi.
Ia menilai, pertemuan antara Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Jokowi merupakan tanda partai berlambang mersi itu akan bergabung.
Baca: Ini 5 Bentuk Kecurangan Terstruktur dan Sistematis yang Dipersoalkan BPN
Baca: Kalau Hanya Bermodal Link Berita, Prabowo Diragukan Bisa Menang di MK
Baca: Tak Terkalahkan di Setiap Pemilu, Apa Rahasia Jokowi?
Baca: Beredar Nama-nama Calon Menteri Jokowi, Apa Reaksi Sandiaga Uno?
"Saya kira tanda-tandanya sudah ada, bolak balik kan Pak AHY bertemu Pak Jokowi, Pak SBY sudah memberikan dukungan terbuka, Saya kira tandanya bukan ada, sudah cukup banyak gitu," tambah Ma'ruf.
PAN dan Demokrat, kata Ma'ruf, siap diterima di koalisi Jokowi.
"Ya harus diterima lah. Ya kita senang saja, mudah-mudahan begitu," jelas Ma'ruf.
Soetrisno Bachir
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir mengaku siap menjadi jembatan untuk menghubungkan PAN dan Muhammadiyah untuk mendukung pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Hal itu disampaikan Soetrisno Bachir saat acara buka puasa bersama dengan Cawapres 01, Ma'ruf Amin dan relawan Garda Matahari di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (26/5/2019).
"Saya menjembatani bagaimana Muhammadiyah, bagaimana faksi-faksi di PAN ini, untuk mendukung kiai Ma'ruf Amin, tokoh NU. Itu butuh waktu yang panjang, perdebatan yang panjang," ujar Soetrisno Bachir.
Ia juga mengkisahkan, bagaimana sulitnya warga Muhammadiyah untuk mendukung Ma'ruf Amin.
Menurut Soetrisno Bachir, Muhammadiyah sulit mendukung seorang kiai besar dari Nahdlatul Ulama (NU). Dua organisasi Islam terbesar itu dikenal saling berseberangan.
Baca: Anies Baswedan: Saya Tidak Pernah Menangkap Orang yang Kritik Saya
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) ini juga berkisah pada Pilpres 2014 lalu dirinya mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) dengan kelompok relawan Matahari Indonesia.
Namun, dukungan tersebut berbeda dengan saat ini, karena menarik dukungan warga Muhammadiyah untuk mendukung Jokowi mudah karena JK bukan tokoh besar NU.
Baca: Lima Strategi Mengelola Uang THR Agar Tidak Keburu Ludes Sebelum Waktunya
"Itu ga problem karena JK Bukan tokoh besar NU, tapi kiai Ma'ruf itu kiai besar NU," ungkapnya.
Walaupun Pilpres telah usai, Soetrisno menegaskan bahwa tugas Garda Matahari tidak selesai saat pasangan Jokowi-Ma'ruf ditetapkan menjadi presiden dan wakil presiden.
Karena tugas utama adalah mengawal pemerintahan Jokowi-Ma'ruf lima tahun ke depan.
Baca: UTBK Tinggi Tak Jamin Lolos SBMPTN 2019, Ubah Pilihan Jika Lewat Kuota, Ini Tanggal Pendaftaran
Ia juga menyebutkan bahwa tugas lainnya adalah untuk mengeratkan hubungan antara warga Muhammadiyah dan NU, serta untuk mengeratkan kedua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung di Pilpres.
"Kenapa karena di 02 teman-teman Garda Matahari itu. Ya Ijul Muslimin, Dahnil Simanjuntak, itu anak buah Azrul (Koordinator Garda Matahari Azrul Tanjung) semua," jelas Soetrisno.