Jansen Sitandaon mengaku dibenci di kampung halamannya sendiri karena telah mendukung capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.
TRIBUNNEWS.COM - Sempat habis-habisan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019, Jansen Sitandaon dibenci oleh warga di kampung halamannya sendiri.
Di Pileg 2019, Jansen Sitandaon mengaku hanya memperoleh 1000 suara di tanah kelahirannya itu.
"Kalau ditanya sikap pribadi saya sebagai kader, maka saya sungguh sudah tidak nyaman dengan keadaan ini. Saya pribadi akan pamit baik baik mundur dari barisan pak Prabowo ini."
"Begini, begini saya ini juga ini kan ikut berjuang habis-habisan untuk memenangkan Pak Prabowo," kata Jansen Sitindaon dikutip TribunJakarta.com dari Tribunnews.com.
Curahan hati soal kampung halaman itu, diungkapkan Jansen Sitindaon saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam, TV One, Sabtu (8/6/2019).
Mulanya, Jansen Sitindaon menjawab pertanyaan soal Demokrat yang dikabarkan keluar dari Koalisi Adil Makmur.
"Mungkin nanti Bang Ray (Rangkuti) yang bisa secara terang benderang menjelaskan itu, karena istilah keluar itu kan penjelasannya itu agak sulit kalau kita lihat timeline pemilu itu," jawab Jansen Sitindaon dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One, pada Minggu (9/6/2019).
"Begini karena ujung dari pemilu itu kan tanggal 22 kemarin, tanggal 21 lebih tepatnya karena hasil rapat pleno Pileg dan Pilpres itu kan diputuskan KPU dini hari itu kan, apakah pasca tanggal 21 itu bangunan koalisi itu sudah selesai atau belum begitu ataukah masih ada kan begitu, mungkin Bang Ray itu sebagai pengamat pemilu bisa menjelaskan itu," tambahnya.
Jansen Sitindaon menegaskan masih fokus pada proses pemilu yakni megajukan gugatan Partai Demokrat ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Tetapi yang pasti begini yang saya pahami itu pemilu itu tidak seperti kita buat pesta, selesai pesta selesai acara panitia itu membuat lagi panitia pembubaran gitu lah, panitia pembubaran koalisi saya belum pernah tahu itu dalam sejarah pemilu kita ada panitia yang khusus dibuat khusus membubarkan koalisi begitu," ujar Jansen Sitindaon.
"Tapi yang kami pahami per saat ini Partai Demokrat juga masih ikut satu lagi tahapan pemilu kita di MK." tambahnya.
Jansen Sitindaon menjelaskan Demokrat mengajukan 77 gugatan ke MK terkait hasil Pileg 2019.
"Partai di MK saat ini mengajukan 77 gugatan terkait hasil pileg, artinya per saat ini fokus Demokrat masih di pemilu, tapi di pileg," kata Jansen Sitindaon.
"Nanti teman-teman dari 02 dari BPN juga mengajukan gugatan itu ke Mahkamah Konstitusi butuh saksi dari Demokrat misalnya, misalnya ada tuduhan kecurangan,"
"Kalau sekarang kan BPN main di narasi politik atas itu dalam tanda kutip dia bukan politik mikro," tambahnya.
Jansen Sitindaon lantas membeberkan peran Partai Demokrat di persidangan sengketa hasil suara Pilpres 2019 bagi kubu Prabowo-Sandiaga.
"Kita kan berpikir kemarin klaim kemenangan 62 persen yang kemudian turun jadi 54 persen itu ada katanya profesor Laode yang hadir penghitungan itu akan dihadirkan kan, jadi artinya data-data, angka-angka C1 per TPS, hasil rapat pleno kabupaten kota, kecamatan, provinsi itu yang akan dimunculkan, ini kan tidak kan, yang dimainkan kemarin kan 'korupsi politik' artinya kan isu besar begitu," jelas Jansen Sitindaon.
"Kalau misalnya nanti teman-teman BPN yang sekarang sedang megajukan gugatan di MK butuh saksi dari Partai Demokrat misalnya, eh kami mengidentifikasi ada kecurangan di Kabupaten Barito misalnya yang tahu itu kader Partai Demokrat, silakan kontak kami," imbuhnya.
Jansen Sitindoan kemudian mengaku dirinya bersama Demokrat telah berjuang keras untuk menangkan Prabowo-Sandiaga walau di ujung penghitungan masih tetap kalah.
"Kalau bicara 8 bulan kemarin (masa kampanye) sudah habis-habisan Partai Demokrat ini," kata Jansen Sitindaon.
Selain itu, Jansen Sitindaon juga beranggapan telah menghabiskan banyak tenaga serta cara untuk mendukung Prabowo-Sandi.
Namun, akhirnya Demokrat menjadi partai koalisi yang mengalami penurunan suara di pemilihan legislatif (pileg).
Penurunan suara Demokrat dianggap pemilih dari kaum minoritas untuk Demokrat beralih dukungan karena isu politisasi agama yang kencang terdengar dari kubu 02.
"Saya sendiri habis-habisan, bahkan Partai Demokrat itu satu-satunya Partai di koalisi 02 yang mengalami penurunan suara cukup signifikan karena isu politisisasi agama yang cukup keras itu tadi, khilafah segala macam yang paling kena dampak itu Partai Demokrat," ujarnya.
"Kami kehilangan kursi misalnya di Sulawesi Utara. Kami hilang kursi di Babel, kami hilang kursi di Bali, politik identitas, jadi ada 2 juta pemilih Demokrat minoritas yang kemudian lari karena mereka mepersepsikan ini serius benar ini dukung Prabowo begitu lah, ini serius benar."
Jansen Sitindoan lantas mengaku dirinya dibenci di kampung halamannya.
Tak hanya itu ia juga diberi 1.000 suara untuk pileg karena Demokrat memutuskan untuk berkoalisi dengan Prabowo Subianto.
"Saya ini habis-habisan 8 bulan kemarin, saya ini bukan hanya tidak dipilih orang di kampung saya ini, malahan dibenci, tempat lahir saya itu hanya memberikan 1.000 suara ke saya karena saking bencinya saya mendukung Pak Prabowo," tambahnya.
SIMAK VIDEONYA:
(TribunJakarta.com/Rr Dewi Kartika H)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Dukung Prabowo, Politikus Demokrat Ini Akui Dibenci di Kampungnya: Hanya Terima 1.000 Suara