TRIBUNNEWS.COM - Polisi belum mengungkap dalang kerusuhan 22 Mei, Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane sebut polisi terlalu banyak pertimbangan.
Neta S Pane menyebut hingga kini polisi baru mengungkap orang-orang yang terlibat di lapangannya saja.
Polisi, kata Neta S Pane, belum mengungkap dalang dari kerusuhan yang terjadi di sekitaran Bawaslu itu.
Hal tersebut disampaikan Neta S Pane saat menjadi narasumber di Prime Talk, Metro TV, pada Rabu (12/6/2019).
Neta S Pane pun mengungkap adanya sosok dalang besar atau big dalang dalam kerusuhan 22 Mei, dan sukses membuat pembawa acara Prime Talk, Rory Asyari tersentak.
Baca: JMMJ Desak Polisi Ungkap Dalang Kerusuhan 22 Mei
Baca: Demo di Depan Polda Metro Jaya, JMMJ Desak Polisi Ungkap Dalang Kerusuhan 22 Mei
Baca: Kapolri Bantah Polri Sebut Kivlan Zen Dalang Kerusuhan 21-22 Mei
Rory Asyari mengangku kaget mendengar pernyataan Neta S Pane terkait dalang besar di kerusuhan aksi 22 Mei.
"Belum termasuk, polisi baru mengungkap orang lapangan, tapi dalang kerusuhannya belum, dalang baru diungkap polisi adalah yang membiaya itu pun baru satu orang, sementara yang satu lagi inisal TS belum disentuh polisi, itu yang kami sesalkan kok polisi sangat lamban yah," kata Neta S Pane dikutip TribunJakarta.com dari tayangan Prime Talk Metro TV.
"Rencana 4 tokoh itu sudah disapu bersih oleh polisi orang yang membiaya HM itu sudah tersangka, tapi untuk kerusuhan dalangnya belum disentuh, petugas lapangan yang baru disentuh," kata Neta S Pane.
Neta S Pane menuturkan IPW telah menyebut enam dalang utama, namun hingga kini polisi belum juga menyentuhnya.
"IPW sudah menyebutkan enam, tapi belum disentuh dan dua perwira tinggi belum disentuh, seperti yang diungkap majalah kita menemukan indikasi apa yang diungkap ada terindikasi ke empat orang, sampai sekarang polisi belum menyentuh, polisi terlalu banyak pertimbangan," kata Neta S Pane.
Baca: IPW Bahas Sosok Big Dalang di Kerusuhan Aksi 22 Mei, Pembawa Acara Sampai Tersentak Kaget
Baca: IPW Duga Keluarga Cendana Big Dalang Kerusuhan 22 Mei, Neta S Pane Desak Polisi Periksa TS
Baca: Moeldoko Akui Dalang Kerusuhan Masih Belum Terungkap: Butuh Waktu
Neta S Pane kemudian menyebut sosok berinisial TS.
Ia menuturkan TS merupakan seorang pengusaha dan politikus.
Menurut Neta S Pane, TS berperan untuk mendatangkan preman-preman dari Surabaya ke Jakarta.
"TS ini seorang pengusaha dia juga sama kaya HM (Habil Marati re) orang partai politik dia mendatangkan preman dari surabaya, dibawa dengan pesawat kemudian diinapkan di hotel di Jalan Wahid Hasim, " kata Neta S Pane.
"Merekalah yang diduga berperan penting menciptakan kerusahan 21 malam, beberapa diantaranya sudah ditangkap, " tambah Neta S Pane.
Neta S Pane berharap polisi serius mengungkap dalang di balik kerusuhan 21 dan 22 Mei.
"Kita berharap polisi serius supaya TS ini bisa dipegang, karena TS terjun langsung sama seperti HM kesaksiannya dari pelaku rencana pembunuhan itu," kata Neta S Pane.
Hanya saja, Neta S Pane belum menemukan indikasi keterkaitan Habil Marati dengan TS.
Neta S Pane menambahkan jika polisi bergerak cepat maka akan segera ditemukan satu sosok yang menjadi dalang besar dalam kerusuhan aksi 21-22 Mei silam tersebut.
"Itu belum kita temukan, kalau polisi bekerja cepat mengungkap dalang kerusuhan mengungkap donatur nanti akan mengerucut ke satu big dalang atau dalang besar," ujar Neta S Pane.
Mendengar soal big dalang, Rosy Asyari sampai tersentak.
"Big dalang? Astaga ini saya kaget, ada wayang, ada dalang, ada big dalang," ucapnya sambil terkekeh.
Neta S Pane lantas membeberkan peranan big dalang.
"Dalang besar mengkordinir menciptakan kerusuhan rencana pembunuhan, sebenarnya ini biasa, peristiwa malari lapangan banteng itu preman semarang dilibatkan," kata Neta S Pane.
.
Selanjutnya, Neta S Pane secara terang-terangan menyebut nama Keluarga Cendana.
"Kalau off the recordnya Keluarga Cendana lah yah," kata Neta S Pane tertawa.
"Kalau middlenya tuh seperti yang ditulis Tempo," tambah Neta S Pane.
Menurut Neta S Pane, sebanarnya polisi sudah mengetahui dalang besar tersebut.
"Polisi sebenarnya sudah tahu juga," kata Neta S Paane.
Menurut Neta S Pane, dalang kerusuhan ini hanya melakukan bargaining saja.
Pasalnya, bila memang para dalang ini berniat untuk membuat keos pada saat 21 dan 22 Mei, pasar Tanah Abang akan dibakar.
"Upaya itu sudah tercapai bargaining itu, mereka tidak akan membuat keos dan tidak mampu karena mereka hanya menggunakan preman, yang bisa membuat keos itu mahasiswa, mahasiswa tidak ada tolak ukur ekonomi, kalau preman begitu dananya kurang mereka gak mau aksi, kalau mahasiswa mereka militan makin dipukul polisi mereka makin eksis, preman begitu hadapan dengan polisi mereka takut," kata Neta S Pane.
SIMAK VIDEONYA:
Siapa Habil Merati?
TERSANGKA dalam kasus dugaan rencana pembunuhan terhadap tokoh nasional terus berkembang.
Bahkan polisi disebut telah menetapkan seorang pria yang diduga sebagai penyandang dana dugaan rencana pembunuhan tersebut.
Tersangka tersebut adalah Habil Marati (HM), yang ditangkap pada 29 Mei 2019 di rumahnya pada kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Tersangka ke delapan yang kami amankan adalah saudara HM," ungkap Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary Syam Indradi saat konferensi pers di Media Center Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
Polisi membeberkan peran HM yang merupakan pemberi dana kepada tersangka KZ atau Kivlan Zen.
"Jadi uang yang diterima tersangka KZ berasal dari HM. Maksud tujuan untuk pembelian senjata api, juga memberikan uang Rp60 juta langsung kepada HK untuk biaya operasional dan juga pembelian senjata api," lanjut Ade.
Adapun polisi merincikan uang Rp60 juta tersebut yakni Rp 10 juta untuk operasional, dan Rp50 juta untuk melaksanakan unjuk rasa.
"HM juga memberikan dana operasional sebesar 15 ribu SGD (Rp150 juta) kepada KZ. Kemudian KZ mencari eksekutor yaitu HK dan Udin, dan diberikan target 4 tokoh nasional," imbuh Ade.
Polisi juga menyita beberapa barang bukti dari tersangka HM, di antaranya ponsel genggam untuk melakukan komunikasi dan print out transaski bank.
Sebelumnya, polisi telah menjerat Kivlan Zen terkait kasus dugaan kepemilikan senjata api.
Kasus itu berkaitan dengan penetapan enam tersangka yang menunggangi aksi unjuk rasa menolak hasil Pilpres 2019, di Jakarta, pada 21-22 Mei 2019.
Enam orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, yakni HK, AZ, IR, TJ, AD, dan AF. Armi yang merupakan sopir paruh waktu Kivlan adalah salah seorang tersangka tersebut.
Melansir dari siaran Kompas TV, diberitakan berdasarkan hasil investigasi Majalah Tempo edisi (9/6/2019) Habil Marati, politisi PPP mencalonkan diri sebagai Calon Legislatif daerah pemilihan Sulawesi Tenggara pada Pemilu 2019 lalu.
Habil Marati sebelumnya pernah diperiksa pihak kepolisian pada tanggal 30 Mei 2019 di Polda Metro Jaya selama lima jam.
Selain itu, Habil Marati dipercaya PSSI sebagai manajer timnas sejak Agustus 2012 hingga 5 Desember 2012.
Mantan anggota DPR RI itu menggantikan posisi Ramadhan Pohan yang mengundurkan diri dengan alasan kesibukan sebagai Wakil Komisi I DPR RI.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk memberhentikan Manajer Timnas Indonesia, Habil Marati dari posisinya mulai Rabu
"Mulai hari ini saya resmi tidak menjabat sebagai manajer timnas. Hal ini tidak masalah bagi saya, bahkan kalau dipertahankan pun saya memilih mundur,"tutur mantan manajer Timnas Indonesia, Habil Marati saat dihubungi, Rabu (5/12/2012).
Habil Marati tidak mampu membawa Timnas Indonesia berpestasi di Piala AFF 2012.
Langkah skuad Garuda harus terhenti di babak penyisihan Grup B.
Setelah hanya mampu meraih poin 4 hasil dari menahan imbang Laos 2-2, menang atas Singapura 1-0, dan kalah dari Malaysia 0-2.
(TribunJakarta.com/Rr Dewi Kartika H)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul IPW Bahas Sosok Big Dalang di Kerusuhan 22 Mei, Pembawa Acara Sampai Tertegun: Astaga Ini Saya Kaget.