TRIBUNNEWS.COM - Sandiaga Uno berikan tanggapan setelah ditetapkannya pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (30/6/2019).
Dalam sebuah video yang diunggah Sandiaga Uno di Instagram pribadinya @sandiuno, ia menyampaikan pesan kepada Jokowi-Maruf.
Sandi mengucapkan selamat bekerja dan selamat menjalankan amanah rakyat kepada Joko Widodo-Maruf Amin.
"Dan hari ini kita akan menyaksikan penetapan presiden dan wakil presiden terpilih oleh KPU."
"Untuk itu, saya mengucapkan selamat bekerja, selamat menjalankan amanah rakyat, selamat berjuang untuk terus mencapai cita-cita keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Sandiaga Uno dalam video yang diunggah di Instagram, Minggu.
Baca: PKS Ajak Partai Pendukung Prabowo-Sandi Jadi Oposisi
Baca: Pengamat: Kasihan Pendukung Oposisi, Elite-elite Politiknya Justru Ingin Gabung ke Kubu Jokowi
Baca: Jaksa Minta Majelis Hakim Tolak Eksepsi Sofyan Basir
Baca: Peringati 1 Juli 1971, Puluhan Massa Pro West Papua Lakukan Aksi Di Kedubes Belanda
Baca: Politikus Demokrat Nilai Tepat Ajakan Jokowi Kepada Prabowo Bangun Bangsa
Baca: Soal Parpol Gabung Koalisi Jokowi, Pengamat Sebut Konsistensi PKS sebagai Oposisi Patut Diapresiasi
Sandiaga juga menyampaikan pesan kepada seluruh komponen bangsa agar kembali bersatu membangun dan memajukan bangsa Indonesia.
Menurutnya, perjuangan memajukan bangsa dan negara dapat dilakukan dengan banyak cara, tidak harus selalu dilakukan dari dalam struktur pemerintahan.
Sandiaga memahami rasa kecewa pendukungnya karena dirinya belum terpilih dan tidak dinyatakan menang.
"Kami memahami yang belum terpilih atau yang tidak dinyatakan sebagai pemenang, tentu ada rasa kecewa," tuturnya.
Baca: Mungkinkah Gerindra Gabung Koalisi Jokowi Setelah 10 Tahun Menjadi Oposisi?
Baca: Nasdem Terima Demokrat Gabung Pemerintah, Ini Alasannya
Sandiaga mengajak seluruh pendukungnya untuk memaknai kekecewaan sebagai bentuk kesungguhan dalam membangun bangsa dan negara.
Dia berharap, pendukungnya mampu untuk menjaga energi positif dan niat luhur tersebut.
Kata Pengamat soal Peluang Gerindra Gabung Jokowi
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyebut Partai Gerindra yang selama ini menjadi oposisi berpeluang untuk jadi koalisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Berbeda dengan Gerindra, Hendri Satrio berpendapat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemungkinan akan terus menjadi oposisi pemerintah.
Baca: Jaksa Minta Majelis Hakim Tolak Eksepsi Sofyan Basir
Baca: Real Madrid Persilahkan Gareth Bale Cari Klub Lain
Baca: 12 Perusahaan Moda Transportasi Siap Layani Penumpang ke Bandara Kertajati
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (29/6/2019), Hendri Satrio menyebut hal itu disebabkan oleh elektabilitas PKS yang meningkat selama menjadi oposisi.
Pada Pemilu 2009, PKS tercatat punya perolehan suara sebanyak 8.206.955 suara atau 7,88 persen.
Kala itu PKS mendukung pasangan capres-cawapres periode 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono.
Namun perolehan suara PKS malah menurun 6,79 persen atau sebanyak 8.480.204 pada Pemilu 2014.
Barulah saat pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, PKS mengambil langkah sebagai oposisi pemerintah.
Ternyata suara PKS naik secara signifikan pada Pileg 2019 dengan perolehan 11.493.663 suara atau 8.21 persen.
Melihat angka tersebut, Hendri Satrio meyakini PKS akan tetap menjadi oposisi di pemerintahan Jokowi-Ma'ruf pada periode 2019-2024.
"Sejarahnya PKS kalau ada di luar pemerintahan itu elektabilitasnya justru naik."
"Kalau dia di posisi oposisi elektabilitasnya pasti naik," kata Hendri Satrio saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6/2019).
"Feeling politik saya kemungkinan besar yang tidak masuk ke dalam koalisi pemerintahan justru hanya PKS," imbuhnya.
Soal peluang Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, Hendri Satrio menyebut hal itu bisa terjadi tergantung dengan keputusan Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Gerindra.
Hendri Satrio menyebut jika sampai Prabowo masih memutuskan untuk menjadi oposisi, maka hal itu tidaklah mudah.
"Gerindra apakah mungkin? Itu mungkin saja terjadi. Memang tergantung Pak Prabowo."
Baca: Tabrak Motor yang Diparkir, Pria Berusia 71 Tahun di Purwokerto Tewas
Baca: Ganda Campuran Indonesia Sedang Fokus Tingkatkan Kekuatan dan Kelincahan kata Richard Mainaky
Baca: Hadiah 182 Juta Rupiah untuk Dua Klub Vietnam yang Lolos ke Final Piala AFC 2019
Baca: Diduga Dilatarbelakangi Rasa Cemburu, Pria Pekanbaru Tega Bunuh Istrinya Sendiri
Baca: Pengamat: Kasihan Pendukung Oposisi, Elite-elite Politiknya Justru Ingin Gabung ke Kubu Jokowi
Baca: Peringati 1 Juli 1971, Puluhan Massa Pro West Papua Lakukan Aksi Di Kedubes Belanda
"Tapi 15 tahun menjadi oposisi itu tidaklah mudah," ujar Hendri Satrio.
Sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono 2009-2014 Partai Gerindra sudah menjadi partai oposisi pemerintah.
Demikian pula dalam periode 2014-2019 di masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Hendri Satrio menyebut di antara kader Gerindra pasti ada yang lelah dengan terus menjadi oposisi.
"Pasti ada kader-kader ataupun simpatisannya Gerindra yang 'dahaga'," tuturnya.
(Tribunnews.com/Arif Tio Buqi Abdulah/Atri Wahyu)