TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Sehari sebelum pertandingan cabang taekwondo di Pekan Olah raga Nasional (PON) XVIII/2012 dimulai, terjadi protes keras saat technical meeting yang berlangsung di PKM Universitas Islam Negeri, Pekanbaru, Riau, Kamis (13/9/2012). Bahkan Kontingen Taekwondo Sumatera Barat sempat Walk out dari arena Technical Meeting.
Protes yang diajukan 10 kontingen, antara lain dari DKI Jakarta, Banten, Jabar, Kaltim, Kalbar, dan Sumbar itu bermula dari munculnya jatah wild card yang diberikan kepada dua taekwondoin asal Jateng yakni Fransisca Valentina di kelas fin (-46 kg) dan Reinaldy (-54 kg).
Awalnya, seleksi cabang taekwondo untuk lolos ke PON hanya memilih delapan terbaik di ajang Pra PON. Satu kuota tambahan diberikan kepada tuan rumah. Saat Pra PON taekwondo di Riau, 11-15 Desember 2011, Fransisca, peraih medali emas di SEA Games 2011, urung ikut karena belum pulih dari cedera yang diperolehnya di SEA Games-26. Sementara Reinaldy, kalah di babak penyisihan sehingga tidak mengantongi tiket ke PON.
Namun, menjelang PON berlangsung, tiba-tiba pengprov Jateng mengajukan surat pengajuan ke PB TI untuk meminta wild card atas nama Fransisca. Surat pengprov itu diteruskan PB TI ke Ketua Umum KONI, Tono Suratman, yang kemudian meluluskan permintaan tersebut lewat Badan Akreditasi Olah raga Indonesia (BAORI). Meski sempat muncul banding dari Banten, namun setelah melewati lima kali sidang BAORI memutuskan wild card bisa diberikan kepada Fransisca dengan berbagai pertimbangan. Karena Fransisca adalah peraih medali emas SEAG 2011.
Selain itu, pengprov Jateng juga mengajukan surat permohonan wild card atas nama Reinaldy kepada PB TI. Surat tersebut langsung diajukan PB TI ke Pengurus Besar PON XVIII, dan disetujui. Hanya saja, meski disetujui, wild card untuk Reinaldy tersebut tidak memiliki SK (Surat Keputusan) yang kuat sebagaimana persetujuan yang diperoleh Fransisca. Situasi carut marut itulah yang menuai protes keras saat technical meeting cabang taekwondo.
"Kami protes sebab PB TI tidak tegas. Kenapa sudah ada Pra PON masih juga mengeluarkan wild card. Yang membuat kami heran, mengapa jika ada surat pengajuan atau permohonan dari kontingen Jateng, PB TI selalu cepat merespon dan berani melanggar ketentuan yang berlaku," ungkap Untung MS, tim manajer taekwondo DKI Jakarta.
Akhirnya, buntut dari protes yang diajukan 10 kontingen tersebut, panpel cabang taekwondo meloloskan wild card bagi Fransisca. Sebaliknya, Reinaldy tetap tidak diizinkan bertanding di ajang PON.
Meski akhir selesai, namun tidak dipungkiri PB TI memiliki kelemahan dalam tata kelola organisasinya. Buktinya, menurut sumber di dalam induk organisasi tersebut, dimana PB TI sering muncul surat keputusan-surat keputusan yang dengan mudahnya merevisi SK-SK sebelumnya yang lebih dulu dikeluarkan.
Protes lain yang juga muncul mengenai tetap tercantumnya dua taekwondoin asal Jatim di pertandingan PON. Padahal, jauh-jauh hari sebelum PON digelar, pengprov Jatim sudah mengirim surat ke PB TI dan juga pengrov-pengprov lainnya yang berisi pembatalan keikut sertaan di PON 2012. Namun saat pertandingan akan digelar, Jumat (14/9), kontingen Jatim tetap mengirim kedua atletnya. PB TI pun tetap memberikan izin.
"Saya melihat ada ketidak jelasan di organisasi PB TI. Mereka tidak mampu menjalankan roda organisasi dengan baik dan benar karena sering melanggar aturan sendiri. Sudah jelas hal ini sangat merugikan peserta PON dan menurunkan kredibilitas PB TI," tambah Untung.