Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Darwin Sepriansyah
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Cabang olahraga wushu Sumatera Selatan (Sumsel) gagal total pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau 2012. Dari empat atlet (dua putra dan dua putri) yang diturunkan, kesemuanya gagal mempersembahkan medali bagi Sumsel.
Pewushu putri Sumsel, Fuliana dan Nabila yang turun pada nomor taijiquan dan taijijian harus mengakui keunggulan tim lawan, setelah skor yang diraih cukup jauh dari yang diharapkan. Pada nomor taijiquan, Fuliana harus puas berada di peringkat kelima dengan meraih skor 8.85, dan Nabila menguntit dibelakangnya di dengan skor 8.81.
Begitupun pada nomor taijijin, Fuliana dan Nabila tampaknya mesti berlapang dada karena harus angkat koper dengan tangan hampa. Pasalnya Fuliana yang ditargetkan meraih perunggu pada event ini masih belum beruntung, karena hanya mencatatkan skor 8,68. Begitupun dengan Nabila hanya mencatatkan skor 8,65.
"Memang untuk target dari KONI Sumsel kita diharapkan bisa meraih satu emas dan satu perak, namun apa boleh buat tim kita masih belum beruntung," kata Pelatih Kepala Wushu Sumsel, Ahmad Yani dengan didampingi Manajer Tim Wushu Sumsel, Sutarwo usai pertandingan di Hall Bela Diri Sport Center, Kamis (13/9/2012).
Lagipula memang pada ajang PON kali ini, lanjut Ahmad Yani, bisa dibilang untuk menambah jam terbang dan pengalamaan dari para atlet wushu Sumsel ini. Terkhusus bagi Nabila bisa dikatakan peluangnya untuk lebih berkembang sangat terbuka lebar, mengingat usianya masih sangat muda.
"Nabila ini memang sejak awal tidak kita berikan target, karena dia debutan dalam PON ini. Targetnya sekitar 4 tahun lagi untuk bisa lebih baik lagi dan meraih prestasi. Dari SDM (Sumber Daya Manusia), Sumsel tidak kalah dari atlet lainnya, tinggal lagi pemenuhan sarana dan prasarananya saja," ulas Ahmad Yani.
Atas hasil ini, sebagai pelatih Ahmad Yani meminta maaf kepada seluruh publik Sumatera Selatan, karena belum mampu mempersembahkan hasil yang terbaik. Dikatakannya kegagalan timnya ini bisa dibilang disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari minimnya waktu latihan hingga ke sarana dan prasarana yang memadai.
"Untuk nomor taici ini saja kita masih belum punya peralatan yang memadai. Tempat latihan kita di Tribun Timur JSC masih dirasakan kurang maksimal, tempatnya tidak begitu luas. Jadi latihan tidak bisa digelar maksimal," ungkapnya.
Begitupun untuk nomor sanda yang diikuti pewushu putra yakni 65 kg (Nurhadi) dan 75 kg (Sasli Rais) pun harus pulang dengan tangan hampa. Keduanya harus tersingkir pada babak perempat final setelah dikalahkan oleh Victoria asal Jabar dan Jefri Topan asal DKI Jakarta.
"Begitupun dengan Nurhadi memang sejak awal tidak ditargetkan. Sementara untuk Sasli Rais (yang juga anggota Jasdam) tampaknya belum begitu panas mengingat persiapan yang terbilang mepet. Ia baru dua bulan terakhir ikut program latihan, karena menunggu dispensasi dari Kodam II Sriwijaya," pungkasnya.